Amerika dilaporkan akan menarik hampir 5.000 tentara dari lima pangkalan di Afghanistan dalam waktu lima bulan di bawah rancangan perjanjian perdamaian dengan Taliban. Namun pemerintah Trump dan para pejabat militer dilaporkan tetap berselisih mengenai apakah akan mempertahankan kehadiran CIA.
Kesepakatan yang membutuhkan negosiasi berbulan-bulan tersebut, masih membutuhkan persetujuan Presiden Trump. Sebagaimana dilaporkan Reuters, Presiden Afghanistan Ashram Ghani telah diberitahu tentang perjanjian itu dan dilaporkan akan memeriksanya secara rinci sebelum mempertimbangkan.
Jika ditandatangani, kesepakatan itu akan melarang Taliban mengizinkan gerilyawan menggunakan Afghanistan untuk merencanakan serangan terhadap Amerika Serikat atau sekutunya. Perjanjian tersebut juga mencakup ketentuan untuk pembicaraan “intra-Afghanistan” guna mengakhiri konflik antara Taliban dan pemerintah Kabul yang didukung barat.
Ghani telah bertemu dengan utusan khusus untuk rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad dan berencana untuk “mempelajari dan menilai” spesifikasi perjanjian, menurut Reuters.
Seorang juru bicara mengatakan kepada wartawan bahwa “bagi kami, perdamaian yang berarti atau jalan menuju perdamaian yang bermakna adalah akhir dari kekerasan dan negosiasi langsung dengan Taliban.”
Namun, menurut sebuah laporan oleh New York Times, beberapa penasihat Gedung Putih diam-diam telah mengusulkan untuk memperluas kehadiran CIA di Afghanistan jika pasukan ditarik. Beberapa pejabat mengatakan kepada surat kabar itu bahwa mereka menginginkan pasukan yang didukung CIA di negara itu sebagai bagian dari pasukan kontraterorisme.
Mereka mengklaim itu bisa memadamkan kekhawatiran bahwa Amerika akan dibiarkan dengan sedikit kemampuan untuk mencegah kelompok teroris menggunakan Afghanistan sebagai basis operasi.
Times mengatakan berdasarkan laporan wawancara dengan setengah lusin pejabat saat ini atau mantan pejabat yang memberikan penjelasan tentang hal itu namun CIA maupun Gedung Putih tidak mengkonfirmasi laporan tersebut.
Amerika Serikat saat ini masih memiliki sekitar 14.000 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari perang yang telah berlangsung 18 tahun. Pasukan tersisa ini melakukan misi pelatihan, memberi nasihat dan membantu pasukan Afghanistan dalam perang mereka melawan Taliban, serta melakukan misi kontraterorisme terhadap kelompok-kelompok seperti al Qaeda dan ISIS.
Menurut Associated Press jika perjanjian mulai berlaku, jumlah pasukan di negara itu akan sama dengan ketika Trump dilantik pada Januari 2017.