Kenapa Amerika Menjual F-16 Baru ke Taiwan?
F-16

Kenapa Amerika Menjual F-16 Baru ke Taiwan?

Amerika Serikat baru saja mengumumkan niatnya untuk menjual armada jet tempur F-16 baru ke Taiwan. Penjualan melibatkan hampir 70 jet tempur F-16 senilai US$ 8 miliar dan dimaksudkan untuk membantu pulau yang memerintah sendiri tersebut mempertahankan wilayah udaranya terhadap serangan dari China.

Setelah perang sipil tahun  1949,  China pada dasarnya dipecah menjadi dua entitas politik: Partai Komunis China yang menang di daratan dan yang mengalahkan kelompok nasionalis yang mundur ke pulau Formosa / Taiwan untuk menyembuhkan luka-luka mereka. Kedua belah pihak dipisahkan oleh Selat Taiwan, yang lebarnya hanya 112 mil.

Selama beberapa dekade, kemiskinan dan ketidakmampuan China untuk mengarungi angkatan laut yang kredibel berarti selat itu melindungi Taiwan dari invasi. Ekonomi pulau itu makmur, mengubahnya menjadi kekuatan ekonomi regional utama sementara China daratan tetap terperosok dalam kemiskinan.

Sejak 1980-an, situasi berubah. China secara konsisten menikmati pertumbuhan ekonomi dua digit. Berkat perdagangan dengan Barat dan tetangga Jepang, Korea, dan bahkan Taiwan. China telah mengangkat ratusan juta warganya dari kemiskinan.  Ini mungkin keajaiban ekonomi terbesar dalam seratus tahun terakhir.

Sebuah produk sampingan dari situasi ini adalah meningkatnya kekuatan ekonomi dan politik global China  serta kekuatan militer yang telah tumbuh secara dramatis selama seperempat abad terakhir. Keseimbangan kekuatan militer antara China dan Taiwan pun menjadikan Beijing mulai tegas menyatakan Taiwan adalah bagian dari China dan harus kembali.

Sampai 1990-an, seluruh dunia bersedia menjual senjata Taiwan. Taiwan memiliki kapal penyapu ranjau Jerman, kapal selam kelas Zwaardvis Belanda, dan kapal fregat French Lafayette serta jet tempur Mirage 2000-5.

Hari ini, kekuatan Beijing cukup kuat sehingga dapat mengancam untuk melukai ekonomi negara mana pun yang menjual senjata Taiwan. Keterasingan ekonomi ini berhasil: Taiwan punya uang untuk dibelanjakan tetapi tidak ada yang mau membuat marah China.

Kecuali untuk Amerika Serikat. Kesepakatan terbaru, yang disetujui oleh Presiden Donald Trump, adalah untuk menjual 66 pesawat tempur F-16C / D Blok 70 (juga dikenal sebagai F-16V) dengan total US$ 8 miliar. Termasuk dalam kesepakatan adalah 75 set mesin, komunikasi digital, radar, set navigasi GPS, sistem penanggulangan elektronik, komputer misi, dan meriam Gatling M61 20 milimeter. Dengan kata lain, satu per pesawat ditambah sembilan suku cadang dan segelintir peralatan pendukung darat.

F-16 Block 70 adalah versi terbaru dari F-16 Fighting Falcon, jet tempur yang telah diproduksi terus menerus sejak akhir 1970-an. Hampir 30 negara menerbangkan F-16, dengan lebih dari 4.600 pesawat dibangun hingga saat ini. Peningkatan besar untuk jet Seri 70 adalah sistem radar active electronically scanned array (AESA) APG-83, yang mencakup teknologi radar F-22 dan F-35 dan memiliki kemampuan untuk melacak hingga 20 target udara sekaligus.

Block 70 juga memiliki kokpit yang diubah, tangki bahan bakar conformal yang dibangun di atas badan pesawat untuk memberikan jet jarak tembak yang lebih besar, versi lanjutan dari mesin afterburning General Electric F110, dan Sistem Cueing Mounted Joint Helmet Mounted II, yang memproyeksikan data ke helm pilot  serta memungkinkan pilot untuk mengarahkan senjatanya hanya dengan cukup melihat mereka.

Sebagaimana ditulis Jalopnik, F-16V adalah jet tempur yang terbukti dank arena diproduksi oleh perusahaan yang sama yang dengan pembuat F-35 Lighting II dan F-22 Raptor, maka bisa menggabungkan beberapa teknologi yang sama agar tetap relevan.  F-16 Block 70 mungkin merupakan pesawat tempur generasi keempat dengan teknologi generasi kelima yang, tetapi masih belum menjadi pesawat tempur generasi kelima.

J-20 dengan empat rudal PL-15 di teluk senjata ventral utamanya, serta sepasang PL-10

Menurut Departemen Pertahanan Amerika,  China saat ini sedang mengembangkan dua pesawat tempur generasi kelima, J-20 dan FC-31, yang keduanya memuat teknologi siluman— sesuatu yang tidak dimiliki oleh F-16 yang dibangun era 1970-an. Selain stealth, J-20 juga diperkirakan sangat bermanuver dan dilengkapi dengan rudal udara-ke-udara PL-15dengan radar yang dipasang di hidung dan mampu melesat dalam jarak 124 mil.

Pesawat tempur J-20 akan berada di barisan depan dalam setiap aksi militer melawan China, dan dalam pertarungan head to head antara F-16 dan J-20, kedua jet memiliki kelebihan dan kekurangan. F-16 telah membuktikan teknologi Amerika   meskipun sangat mahal tetapi berhasil. Ini khususnya berlaku untuk sistem radar dan senjata.

Di sisi lain, F-16 tidak tersembunyi, dan akan rentan terhadap PL-15. J-20 terlihat bagus di atas kertas, dengan kemampuan siluman, rudal jarak jauh baru, dan radar yang bagus. Di sisi lain, tidak ada orang di luar China yang tahu seberapa baik — atau buruk — jet tempur generasi kelima pertama negara itu sebenarnya.

Taiwan seharusnya memang membeli F-35, bukan F-16. Namun China adalah negara dengan ekonomi paling kuat kedua di Bumi dan bahkan Washington harus mempertimbangkan kapan dan bagaimana melewatinya.

China telah mengancam akan memberi sanksi kepada perusahaan-perusahaan Amerika yang terlibat dalam kesepakatan itu . Sebenarnya ini tidak akan berpengaruh banyak di dunia pertahanan karena sebagian besar barang yang diproduksi oleh kontraktor pertahanan AS tetap dilarang untuk diekspor ke China. Meski untuk perusahaan pertahanan yang bermain di sektor sipil akan terimbas.

Kesepakatan F-16 adalah contoh hubungan rumit antara Washington dan Beijing. Kedua negara harus belajar untuk hidup satu sama lain, dan untuk saat ini, itu berarti F-16 bukan F-35. Meski Amerika tampak seperti menahan diri, dan mungkin untuk menenangkan China, Washington masih bisa menjual F-35 jika hubungan dengan Beijing memburuk  dan kemudian Taiwan akan memiliki jet modern dua kali lebih banyak daripada sekarang. Untuk saat ini, kesepakatan F-16 mungkin merupakan kesepakatan terbaik yang bisa diharapkan oleh ketiga pihak.