Site icon

Gerombolan Batu Apung Seluas 20.000 Lapangan Sepakbola Mengambang di Samudera Pasifik

Hamparan Pumice atau batu apung seluas sekitar 20.000 lapangan sepakbola ditemukan mengambang di Samudra Pasifik. Batu apung yang pertama kali dilaporkan oleh pelaut Australia  tersebut diduga dari letusan gunung api bawah laut yang ada di dekat Tong.

“Hamparan batu vulkanik membentang lebih dari 150 km persegi melayang melalui Samudra Pasifik,” tulis outlet penerbitan online NASA Earth Observatory.

Awak kapal Roam Australia yang menemukan hamparan tersebut memposting laporan rinci di Facebook pada 15 Agustus. Mereka menyebutnya sebagai “pumice raft” atau “rakit batu apung”

Mereka menggambarkan hamparan terdiri dari puing puing  batu seukuran bola basket. Rapatnya hampran tersebut membuat air bahkan tidak terlihat serta bau belerang yang kuat.

Pasangan Australia Shannon Lenz dan Tom Whitehead berlayar menggunakan katamaran ke Fiji melaporkan “rakit batu apung”, setelah memasuki hampran puing-puing di malam hari.

Pasangan itu menemukan diri mereka untuk sementara waktu terjebak dalam kerumunan batu, tetapi mampu melepaskan diri kemudian, kemudian mengirimkan sampel batu apung kepada para peneliti di Queensland University of Technology di Australia.

Para ahli mengatakan tidak ada yang baru dalam penemuan ini, karena massa batu apung seperti itu dapat dilihat setiap lima tahun sekali di wilayah tersebut.

Pumice atau batu apung adalah batu ringan yang kaya gelembung udara yang diproduksi dari magma didinginkan dengan cepat. Hampran besar dari batuan vulkanik lebih mungkin terbentuk ketika gunung berapi berada di perairan yang lebih dangkal.

Para ilmuwan memperkirakan batu apung itu berasal dari gunung berapi bawah laut dekat Tonga yang meletus sekitar 7 Agustus.

Pada 13 Agustus, Operational Land Imager di Landsat 8 memperoleh citra warna alami dari hamparan batu apung yang mengambang di Samudra Pasifik dekat Pulau Akhir di Kerajaan Tonga.

Pada 22 Agustus batu-batu itu masih terlihat bergerak ke utara meski lebih tersebar.  Para pelaut telah diperingatkan untuk menghindari rintangan besar yang berbatu. Batu apung saat ini melayang ke arah barat menuju Fiji, dan telah diperkirakan akan mencapai Australia.

Batu apung, klaim para ilmuwan, kemungkinan akan menjadi rumah bagi kehidupan laut karena hanyut melintasi arus Pasifik.

Beberapa ahli percaya gerombolan batu apung bisa menjadi anugerah untuk menata ulang Great Barrier Reef yang rusak seandainya mencapai Australia.

Exit mobile version