Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Menteri Pertahanan Amerika Mark Esper secara khusus berbicara tentang uji coba rudal jelajah yang baru-baru ini dilakukan. Menurutnya uji rudal tersebut dapat dilihat, antara lain, sebagai pesan ke China.
“Kami ingin memastikan bahwa kami, seperti yang kami butuhkan, memiliki kemampuan untuk juga mencegah perilaku buruk China dengan memiliki kemampuan kami sendiri untuk dapat menyerang dalam rentang menengah,” kata Esper dalam wawancara saat melakukan perjalanan ke Asia.
Pernyataan itu datang hanya beberapa hari setelah Pentagon menguji coba rudal jelajah berbasis darat dengan jangkauan yang sebelumnya dilarang oleh Perjanjian Intermediate-range Nuclear Force (INF) yang ditinggalkan oleh Washington awal bulan ini.
Ketika ditanya apakah dia memilih Asia untuk perjalanan pertamanya karena dia menganggap China sebagai ancaman keamanan terbesar bagi Amerika, Esper mengatakan bahwa China adalah prioritas nomor satu bagi Departemen Pertahanan.
Dia juga menggambarkan Beijing sebagai pesaing strategis jangka panjang Washington dan berjanji bahwa Amerika tidak akan keluar dari kawasan itu.
“Saya pikir dalam jangka panjang, China adalah tantangan yang lebih besar, mengingat kekuatan ekonominya, bobot politiknya, dan ambisinya,” kata Ester dalam wawancara yang diterbitkan Rabu 21 Agustus 2019 tersebut.
Secara terpisah, Esper mengatakan bahwa ia tidak mengesampingkan bahwa Amerika dapat membuat senjata hipersonik dalam “beberapa tahun”.
Pernyataan Esper muncul setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan bahwa uji coba rudal jelajah Amerika yang melibatkan peluncur Mark 41menimbulkan risiko terhadap arsitektur keamanan global dan mungkin menghasilkan perlombaan senjata baru.
Pada hari Senin, Pentagon mengatakan bahwa mereka telah menguji coba rudal jelajah berbasis darat yang terbang lebih dari 500 kilometer. Jarak ini termasuk yang dilarang dalam INF yang ditandatangani pada tahun 1987 di mana Amerika dan Soviet mewajibkan untuk menghancurkan dan tidak membangun rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer. Namun perjanjian itu secara resmi ditinggalkan Amerika pada 2 Agustus 2019.