Seperti dilaporkan sebelumnya China mengancam akan memberikan sanksi terhadap sejumlah perusahaan senjata Amerika setelah pemerintah Amerika secara resmi menyetujui penjualan 66 jet tempur F-16 ke Taiwan.Jika China mewujudkan ancamannya tersebut, lantas siapa saja yang akan terkena dampak?
Ancaman semacam itu sebagian besar tidak relevan dengan perusahaan seperti Lockheed dan Northrop memang diuntungkan oleh munculnya pesaing sebaya bagi Amerika.
Tetapi GE Aviation – dan General Electric secara lebih luas – akan terpapar secara signifikan. Armada Analyzer Cirium menunjukkan bahwa ada 440 pesawat yang beroperasi di China yang menggunakan mesin GE. Ada juga 2.278 Airbus dan Boeing narrowbodies yang ditenagai oleh mesin yang diproduksi oleh CFM – perusahaan patungan 50/50 antara GE dan Safran.
Sebagaimana dilaporkan Flightglobal, Rabu 21 Agustus 2019, Aviage Systems, yang memasok avionik dan sistem lainnya untuk Comac C919, adalah perusahaan patungan antara AVIC dan GE.
Perusahaan-perusahaan Amerika seperti Honeywell dan Collins Aerospace juga memiliki keterlibatan substansial di China daratan, termasuk bekerja pada program pesawat Comac. United Technolgies, perusahaan induk Collins dan Pratt & Whitney, yang juga memiliki minat besar di China, berada di ambang merger dengan Raytheon, yang memasok persenjataan ke Taiwan.
Selain itu, ada 102 jet bisnis Gulfstream yang beroperasi di China. Meski Gulfstream tidak memiliki keterlibatan dalam penjualan F-16, perusahaan ini dimiliki oleh General Dynamics, yang memproduksi tank M1A1 Abrams. Bulan lalu, departemen luar negeri mengizinkan kemungkinan penjualan 108 M1A1 ke Taiwan, kesepakatan lain yang membuat marah Beijing.
Boeing, yang kebetulan memproduksi helikopter serang Apache AH-64E yang digunakan oleh tentara Taiwan, juga akan mengawasi dengan cermat. Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok atau Civil Aviation Administration of China (CAAC) adalah regulator pertama yang menggrounded 737 Max setelah dua kecelakaan tragis.
Maskapai China memiliki 97 pesawat 737 Max dalam penyimpanan karena masih dilarang terbang, dengan 214 pesanan lagi. Selain itu, operator lain di kawasan ini akan membutuhkan fleksibilitas untuk menggunakan Max mereka ke tujuan Cina.
Meskipun demikian, masih harus dilihat apakah Beijing menggunakan keunggulannya sebagai pasar kedirgantaraan untuk membalas kesepakatan F-16 Taiwan atau tidak. Karena ketergantungan China yang tinggi terhadap teknologi Amerika pun akan menjadi pertimbangan berat.
Satu hal yang pasti bahwa Beijing akan terus mengembangkan kekuatan udara dan kemampuan militer lainnya, dengan kontingensi Taiwan terutama dalam pikiran perencana. Meski kesepakatan F-16 dapat memiliki implikasi yang mahal dalam sektor kedirgantaraan yang lebih luas dan untuk hubungan Amerika-China, itu harus dipandang sebagai investasi dalam hasil militer yang paling berharga: deterrence.