More

    Saat Gaddafi Menerbangkan 70 Jet Tempur untuk Menghalau Amerika dari Garis Kematian

    on

    |

    views

    and

    comments

    Hubungan antara Libya di bawah pemerintahan Gaddafi dan Amerika berangsur-angsur memburuk setelah Tripoli mengumumkan bahwa Teluk Syrte yang juga dikenal sebagai Teluk Sidra ‘ akan dianggap sebagai perairan teritorial Libya.

    Pada musim semi 1974, Washington mengeluarkan protes diplomatik yang menyebut pengumuman tersebut ‘tidak dapat diterima’ dan merupakan pelanggaran hukum internasional. Meski demikian Amerika tidak melakukan apa pun untuk menantang klaim Libya hingga secara de facto menerimanya.

    Bahkan, disibukkan dengan masalah lain, pemerintah Amerika berturut-turut telah beberapa kali menolak proposal Pentagon untuk latihan ‘kebebasan navigasi’   atau ‘freedom of navigation’ (FON) skala besar yang dirancang untuk menegaskan hak-hak Amerika di teluk dan menggambarkan ketidakmampuan Libya untuk mendukung klaim dengan kekuatan militer.

    Sikap diam Amerika ini membuat para pencegat Angkatan Udara Arab Libya (LAAF) dengan penuh semangat berpatroli di daerah itu, bahkan pesawat pengintai Amerika dan Prancis yang beroperasi di sepanjang perbatasan Libya cenderung tetap berada jauh dari daerah itu, dengan beberapa pengecualian.

    Sebagaimana dijelaskan oleh Tom Cooper, Albert Grandolini dan Arnaud Delalande dalam buku mereka Libya Air Wars Part 1: 1973-1985 dan dikutip The Aviation Geek Club, situasinya berubah begitu Ronald Reagan terpilih memimpin Gedung Putih pada awal tahun 1981.

    Reagan tidak membuang waktu untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan, mengembangkan kebijakan yang lebih keras pada Uni Soviet dan sekutunya serta mengumumkan niatnya untuk memerangi terorisme internasional.

    Keputusan terakhir membawa Washington pada jalur tabrakan langsung dengan Tripoli. Libya diakui sebagai ‘ancaman nyata’ terhadap kepentingan Amerika di Timur Tengah dan Afrika dan dituduh mendukung hingga 30 organisasi teroris (versi Amerika) yang berbeda di seluruh dunia, dan mengerahkan para agen dan agen dinas intelijennya untuk membunuh oposisi Libya di Amerika.

    Sejalan dengan itu, pemerintahan Reagan mulai mengembangkan rencana untuk menghadapi klaim Libya atas Teluk Syrte, melemahkan basis kekuatan domestik Gaddafi, menggagalkan posisi Libya di Chad dan mengurangi pengaruhnya di Timur Tengah dan Afrika.

    Reagan juga menyetujui program FON yang tegas dan komprehensif, termasuk latihan di dalam Teluk Syrte.

    Perencanaan Amerika untuk FON di Teluk Syrte berlangsung beberapa bulan dan menerima persetujuan resmi Reagan pada 1 Agustus 1981. Salah satu alasan dibutuhkan persiapan panjang adalah rekor Libya menyerang pesawat Amerika di wilayah udara internasional.

    Faktor lain adalah pengembangan ‘Aturan Keterlibatan’ atau ‘Rules of Engagement’ (ROE) baru, yang dirancang untuk memberikan wewenang kepada komandan di tempat kejadian untuk menggunakan kekuatan melawan ancaman. Bahkan aturan yagn disebut sebagai REO Reagan ini memungkinkan untuk mengejar kemungkinan penyerang ke wilayah udara Libya.

    “ROE sangat spesifik sampai saat itu. Kami tidak bisa menembak tanpa izin. Bahkan jika kami ditembaki, kami masih harus menghubungi kapal induk, menjelaskan situasinya dan mendapatkan izin untuk menembak. Itu terlalu panjang. Namun, sebelum latihan ini, kami diberi penjelasan tentang ROE baru. Kami sekarang bisa dizinkan oleh pengendali kami untuk menyerang target tertentu, dan yang paling penting, jika kami ditembak kami bisa membalas, tidak ada pertanyaan yang diajukan. Mereka mengembangkan ROE ini karena fakta bahwa selama latihan ini Lockheed EP-3 Orions, Grumman EA-6B Prowlers dan Grumman E-2C Hawkeyes, dan aset bernilai tinggi lainnya semuanya hadir,” kata Lawrence ‘Music’ Muczynski,  seorang pilot F-14 dari skuadron VF-41 ‘Black Aces’ Angkatan Laut Amerika.

    Alasan lain yang membuat persetujuan atas FON cukup lama adalah Gedung Putih dan Pentagon ingin menggelar demonstrasi besar-besaran kekuatan militer Amerika dan mengirim sinyal yang jelas tentang kebijakan mereka yang berubah pada Gaddafi.

    Hal ini menjadikan Angkatan Laut Amerika membutuhkan waktu untuk menyiapkan dua kelompok tempur kapal induk yakni USS Forrestal yang membata Carrier Air Wing 17 (CVW-17)  dan USS Nimitz dengan CVW-8  ditambah 13 kapal pengawal dan pendukung, termasuk kapal penjelajah bertenaga nuklir, USS Texas (CGN-39) dan USS Mississippi (CGN-40). Semua kapal itu harus dikirim ke Laut Mediterania.

    FON dan Open Ocean Missile Exercise (OOMEX) segera diumumkan dan langsung mendapat  protes Libya yang menyebut Amerika melakukan pelanggaran wilayah perairan dan wilayah udara Libya.

    Namun demikian, dua kelompok tempur kapal induk di bawah komando Laksamana James E Service, pindah ke posisi utara Teluk Syrte dan memulai latihan pada 18 Agustus 1981 dini hari.

    Sementara latihan misil sedang berlangsung, kedua kapal induk tetap sepenuhnya siap untuk mencegat setiap pesawat dan kapal-kapal angkatan laut Libya yang mendekati area latihan. Sejalan dengan itu, sejumlah pencegat McDonnell Douglas F-4J Phantom II dan Grumman F-14A Tomcat dilesatkan ke langit pagi dan diposisikan sedemikian rupa untuk membangun penghalang antara area latihan dan pantai Libya. Mereka didukung oleh pesawat peringatan dini atau airborne early warning (AEW) Grumman E-2C Hawkeye.

    Ketika FON Angkatan Laut Amerika di Teluk Syrte dimulai, Gaddafi sedang dalam kunjungan kenegaraan ke Aden di Yaman Selatan. Karena wilayah udara di mana latihan Amerika berlangsung berada dalam tanggung jawab kontrol penerbangan di Tripoli, segera setelah pesawat US Navy muncul di sana, Libya meminta Amerika untuk mengidentifikasi diri.

    Amerika tidak hanya mengabaikan permintaan seperti itu tetapi kemudian juga memasuki wilayah udara selatan yang disebut Gaddafi sebagai ‘Garis Kematian’. Karena itu, anggota Dewan Komando Revolusi memerintahkan LAAF untuk menerbangkan jet tempur dan memaksa pesawat Amerika pergi atau menembak jatuh mereka.

    Sejalan dengan itu, tidak kurang dari 35 pasang pencegat Libya, termasuk total MiG-23M, MiG-25P, Mirage F.1, dan bahkan Su-22, Su-22M dan MiG-25RB, mendekati area latihan pada 18 Agustus 1981.

    “Jet tempur dari Nimitz bertanggung jawab atas tiga stasiun combat air patrol (CAP), satu di selatan dan dua di sebelah barat area latihan. Forrestal memiliki dua CAP di sebelah timur area tembak. Kedua sayap udara juga mempertahankan CAP atas kapal induk masing-masing. Pada hari pertama latihan, ketiga CAP kami dilibatkan,” kata Muczynski.

    Meski beberapa pilot Angkatan Udara Libya melakukan yang terbaik dalam upaya membawa salah satu jet tempur Angkatan Laut Amerika dalam jangkauan senjata mereka, sebagian besar tidak menunjukkan niat agresif sama sekali.

    Menurut laporan Libya, alasan utama mereka untuk memilik agresif adalah adanya E-2C Hawkeyes yang didukung didukung oleh pesawat penanggulangan elektronik Grumman EA-6B Prowlers dan EP-3 Orions, orang Amerika yang sangat terlatih memasuki setiap pertempuran dari posisi yang menguntungkan.

    Pesawat-pesawat ini dapat memposisikan jet tempur Amerika mereka di belakang, di atas atau di bawah pesawat LAAF, di posisi terbaik untuk menyerang mereka.

    “Setengah dari waktu kami akan mencegat mereka dan mereka akan membiarkan kami bergabung langsung ke sayap. Satu Tomcat akan tetap berada di jalur satu mil, untuk berjaga-jaga, sementara wingman akan mengambil gambar, memeriksa MiG secara visual, dan ‘berkomunikasi’ (membuat gerakan tangan kasar) ke pilot Libya. Cukup surealis mendekati hanya beberapa kaki dari dua MiG-25. Sampai saat itu hanya melihat gambar di buku, dan sekarang di sini di sebelah jet saya. Dan ketika dia menyalakan afterburner besar, wow! Motornya sangat besar! Dia benar-benar bisa bergerak dalam garis lurus, tetapi tidak bisa melakukan banyak hal lain, ” kenang Muczynski.

    Hanya dalam tiga kasus, Libya berhasil menembus zona latihan, memaksa orang Amerika untuk menghentikan OOMEX mereka. Dari sudut pandang Amerika, situasinya menyerupai adegan dari pelatihan tempur udara mereka.

    “Pada 18 Agustus, sebagian besar menyenangkan dan permainan, well, sebagian besar. Katakan saja sejak itu, saya tahu persis seperti apa Mirage F.1 dari jarak 600-800 kaki (200-400 meter) dengan posisi siap untuk menembakkan senjata. ”

     

    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this