75% Hercules Amerika Yang Digrounded Sudah Boleh Terbang
C-130J

75% Hercules Amerika Yang Digrounded Sudah Boleh Terbang

Angkatan Udara Amerika telah kembali menerbangkan hampir 3/4 pesawat transportasi C-130 yang digrounded minggu lalu setelah pengelola menemukan celah yang tidak biasa pada sendi sayap pesawat Hercules Air National Guard.

Juru bicara Komando Mobilitas Udara USAF Rose Riley mengatakan Rabu 14 Agustus 2019 sebanyak 90 dari 123 pesawat C-130 H dan J telah dikembalikan ke operasional pada hari Selasa setelah pemeriksaan menyeluruh terhadap pesawat-pesawat itu.

Sejauh ini, satu C-130 ditemukan memiliki celah yang sama selama inspeksi dan langkah-langkah yang tepat diambil untuk mengatasi dan memperbaikinya. Angkatan Udara Amerika sebelumnya mengatakan setiap pesawat yang ditemukan memiliki retakan atipikal akan dikirim ke depot Angkatan Udara untuk refitting sendi.

Angkatan Udara Amerika masih memiliki 31 pesawat yang menunggu untuk diperiksa pada hari Rabu. Inspeksi  masing-masing pesawat memakan waktu sekitar delapan jam.

Riley mengatakan, pemeriksaan ini berdampak minimal terutama, pada operasi di luar negeri di daerah-daerah seperti Irak atau Afghanistan.

“Angkatan Udara memprioritaskan perbaikan pada pesawat yang mendukung operasi darurat luar negeri untuk menghilangkan dampak,” tulisnya dalam email sebagaimana dikutip Stars and Stripes. “Kemajuan luar biasa sedang dibuat untuk memeriksa semua pesawat yang tersisa dan kami terus mendukung operasi dengan aman di seluruh dunia.”

Grounded dilakukan sejak 7 Agustus setelah kru pemeliharaan di Pangkalan Angkatan Udara Robins di Georgia menemukan celah pada sambungan sayap tengah bagian bawah  pada sebuah C-130H milik Air Guard Nasional.

Pelarangan terbang dilakukan pada sekitar 25% dari sekitar 450 pesawat C-130 yang ada.   Semua C-130 model H dan J yang belum menerima kotak sayap tengah yang ditingkatkan dan telah terbang setidaknya 15.000 jam harus diperiksa.

Angkatan Udara mulai mengganti kotak sayap tengah pada C-130-nya pada tahun 2006 setelah pengelola menemukan retakan di bagian ini lebih awal dari yang diharapkan. Program itu dimaksudkan untuk memastikan armada C-130 agar dapat terbang setidaknya 2030.