Irak sedang berjuang untuk mempertahankan kemampuan intelligence, surveillance, and reconnaissance (ISR) udara, khususnya dengan menggunakan pesawat udara tak berawak CH-4 buatan China.
Laporan inspektorat jenderal Amerika mengutip data Combined Joint Task Force Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR) dan dirilis 6 Agustus 2019 menyebutkan Irak telah memperoleh lebih dari 10 CH-4, tetapi hanya satu yang mampu menjalankan misi sepenuhnya karena masalah pemeliharaan.
Kementerian Pertahanan Irak meluncurkan varian CH-4B bersenjata pada Oktober 2015 tetapi tidak menyebutkan berapa banyak yang telah diperolehnya. Yordania juga mengakuisisi CH-4 tetapi memasang mereka untuk dijual awal tahun ini karena alasan yang tidak ditentukan.
CH-4 bukan satu-satunya jenis UAV yang bermasalah dalam inventaris Irak. Laporan inspektorat jenderal Amerika yang dikutip Jane mengatakan lebih 10 armada UAV Insitu ScanEagle buatan Amerika hanya menerbangkan dua sorti antara 1 Maret dan 30 Juni karena berbagai alasan perawatan dan masalah dengan gangguan sinyal.
CH-4 adalah kendaraan tempur udara tak berawak yang dikembangkan oleh China Academy of Aerospace Aerodynamics of China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC).
Dari penampilannya drone CH-4 ini terlihat sangat mirip dengan MQ-9 Reaper Amerika Serikat yang dikembangkan oleh General Atomics.
CH-4 mampu menembak udara ke darat rudal dari ketinggian 5.000 meter, hingga pesawat dapat tinggal di luar dari jangkauan efektif senjata anti-pesawat. Dengan ketinggian ini juga memungkinkan CH-4 untuk dapat menembak dari posisi yang menyediakan tampilan area yang lebih luas.