Korea Utara menuduh Amerika Serikat “menghasut ketegangan” dengan mengadakan latihan militer bersama dengan Korea Selatan dan mengatakan Pyongyang akan mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan diri.
Ju Yong Chol, seorang diplomat Korea Utara di Jenewa, mengatakan pada Konferensi Perlucutan Senjata yang disponsori oleh Amerika Selasa 6 Agustus 2019 bahwa Pyongyang harus mempertimbangkan kembali langkah-langkah utama yang telah mereka ambil sejauh ini.
Dia tidak menyebutkan penembakan rudal terbaru ke laut lepas pantai timurnya sebelumnya pada hari Selasa. Pyongyang sebagaimana dilaporkan Reuters, juga memperingatkan bahwa langkah-langkah bermusuhan terhadapnya telah mencapai garis bahaya.
Korea Utara kembali menembakkan rudal ke laut lepas pantai timurnya untuk keempat kalinya dalam waktu kurang dari dua minggu.
Korea Utara, yang mengkritik latihan militer Korea Selatan dan penggunaan senjata berteknologi tinggi, telah menembakkan serangkaian rudal dan roket sejak pemimpinnya Kim Jong Un dan Presiden Amerika Donald Trump pada pertemuan 30 Juni sepakat untuk menghidupkan kembali pembicaraan denuklirisasi yang macet.
Korea Utara mengatakan pihaknya berkomitmen untuk diplomasi dan akan menunggu hingga akhir tahun bagi Amerika Serikat untuk melunakkan kebijakan sanksi dan tekanan politiknya atas senjata nuklir Pyongyang dan program-program rudal balistik.
Tetapi jika Washington dan Seoul mengabaikan peringatan Korea Utara yang berulang-ulang, “Kami akan membuat mereka membayar harga yang mahal,” kata seorang jurubicara kementerian luar negeri Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui kantor berita negara KCNA.
Trump menyepelekan tes dengan mengatakan mereka tidak melanggar perjanjian apa pun yang dia miliki dengan Kim tetapi pembicaraan belum dilanjutkan.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada hari Selasa peluncuran rudal bertentangan dengan semangat meredakan ketegangan di semenanjung Korea.
