Di saat sekutu-sekutunya menolak bergabung dengan Amerika untuk membangun koalisi guna mengamankan Selat Hormuz, China justru mengeluarkan pernyataan aneh. China mengatakan mempertimbangkan untuk bergabung dengan kerangka kerja keamanan maritim baru yang didukung Amerika di wilayah tersebut.
China memang memiliki kepentingan untuk ikut mengamankan Selat Hormuz mengingat banyak kapal-kapal berbendera negara tersebut yang melintas di jalur penting itu. Namun mempertimbangkan bergabung dengan Amerika tetap aneh mengingat kedua negara sedang terlibat ketegangan terkait perang dagang maupun penumpukan militer terutama di Laut China Selatan.
Duta Besar China untuk Uni Emirat Arab Ni Jian kepada Reuters mengatakan tentang posisi negaranya terkait keamanan maritim regional di Abu Dhabi pada 6 Agustus 2019.
“Jika ada situasi yang sangat tidak aman, kami akan mempertimbangkan untuk mengirim angkatan laut kami mengawal kapal komersial kami,” kata Ni kepada Reuters. “Kami memiliki posisi bahwa semua perselisihan harus diselesaikan dengan cara damai dan dengan diskusi politik, bukan aksi militer.”
“Kami sedang mempelajari proposal Amerika tentang pengaturan pengawalan Teluk,” tambah Kedutaan Besar China di UEA.
Pada 19 Juli 2019, Komando Pusat Amerika mengumumkan rencana yang dijuluki Operation Sentinel, yang akan berfokus terutama pada intelijen, pengawasan, dan pengintaian, serta peningkatan pertukaran informasi antara sekutu dan mitra untuk meningkatkan kesadaran situasi secara keseluruhan di wilayah tersebut.
Sebelumnya pada hari yang sama, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran telah mengambil alih kendali atas kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero di Selat Hormuz, sebuah tanggapan langsung terhadap penahanan kapal supertanker Iran, Grace 1 oleh Inggris di lepas pantai Gibraltar di Laut Mediterania pada 4 Juli 2019.
Iran sekarang menahan total tiga kapal asing. Pada 14 Juli 2019, Garda Revolusi Iran juga menahan kapal Riah yang berbendera Panama. Pada 4 Agustus 2019, IRGC mengatakan menyita kapal lain yang konon berlayar di bawah bendera Irak, tetapi tidak menyebutkan namanya. Pemerintah Irak membantah memiliki koneksi ke kapal itu, tetapi mengatakan pihaknya berupaya untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang situasi tersebut.
Upaya Amerika untuk membangun koalisi gagal menarik minat asing termasuk sekutunya. Inggris dan Jerman telah mengumumkan secara terbuka niat mereka untuk tidak berpartisipasi.