MiG-29 yang oleh NATO disebut sebagai Fulcrum menciptakan sensasi ketika menjadi pesawat tempur Soviet pertama yang ditampilkan di sebuah pertunjukan udara barat.
Pada akhir 1980-an, Fulcrum menjadi salah satu dari jenis tempur utama Angkatan Udara Soviet dan salah satu terlaris ekspor Soviet. Hampir sepertiga dari 1.500 atau lebih Fulcrums generasi pertama yang dibangun hingga 1996, diekspor dan terbang di 25 negara di seluruh dunia.
Meskipun pada dasarnya jet tempur Perang Dingin, MiG-29 memiliki andil dalam berbagai perang panas, seperti Perang Teluk Pertama pada tahun 1991, konflik perbatasan Ethiopia-Eritrea tahun 1999, dan intervensi NATO di Yugoslavia pada tahun 1999.
Bahkan menurut propaganda Soviet, dalam konflik di Yugoslavia, sebuah MiG-29 Angkatan Udara Republik Federal Yugoslavia berhasil menembak jatuh pesawat siluman F-117.
Semenanjung Balkan memulai periode kekacauan di musim panas 1991, ketika bekas Yugoslavia terpecah menjadi enam republik merdeka. Menyusul hilangnya Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, dan Makedonia, Yugoslavia direduksi menjadi negara Serbia dan Montenegro.
Penaklukan berikutnya atas populasi Albania Kosovar yang dilakukan oleh Nasionalis Serbia mencapai puncaknya dalam kampanye pembersihan etnis Slobodan Milosevic.
Karena Beograd menolak penyebaran pasukan perdamaian di Kosovo, NATO tidak punya pilihan selain menggunakan pasukan dan sebuah rencana dikembangkan untuk membangun koalisi yang akan memaksa Serbia menyerahkan kendali atas Kosovo.
Pada 27 Maret 1999, pesawat tempur F-117A Nighthawk (82-0086 / ‘HO’) Angkatan Udara Amerika yang terlibat dalam Operasi Noble Anvil di Yugoslavia ditembak jatuh 30 km barat laut Belgrade. Seperti yang diceritakan oleh Yefim Gordon dan Dmitriy Komissarov dalam buku mereka Mikoyan MiG-29 & MiG-35 dan dikutip The Aviation Geek Club disebutkan, F-117A bertuliskan nama pilot Capt. Ken Dwelle, tetapi sebenarnya diterbangkan oleh Letkol. Dale Zelko, yang melontarkan diri dan diselamatkan oleh tim pencarian dan penyelamatan.
Juru bicara NATO awalnya mengklaim pesawat jatuh disebabkan oleh cuaca buruk atau masalah mekanis, tetapi kemudian Zelko sendiri mengkonfirmasi bahwa pesawatnya ditembak rudal.

Saling klaim mulai muncul termasuk dari Moskow. Pada bulan Mei 1999, harian Kementerian Pertahanan Rusia, Krasnaya Zvezda melaporkan bahwa pesawat siluman itu jatuh karena ditembak pesawat MiG-29 yang diterbangkan oleh pilot Angkatan Udara Yugoslavia Letkol. Gvozden Djukic.
Klaim tersebut dibumbui cerita cukup menarik tentang kronologi penembakan pesawat. Dilaporkan Djukic melihat pesawat musuh pada senja haru dengan jarak 1,5 km di depan saat menerbangkan misi patroli udara tempur di sepanjang perbatasan barat Serbia.
Pilot segera sadar bahwa pesawat yang di depannya adalah F-117 karena bentuknya yang khas dan langsung menyerangnya dengan rudal IR. Bomber tempur tersebut hancur setelah terkena rudal pertama dan pilot langsung terlontar.
Media Rusia mengutip Djukic yang mengatakan: ‘Saya merasa seperti orang (suku) Indian yang baru saja mengambil kulit kepala, atau bahkan lebih. Kapten Ken Dwelle mungkin tidak tahu kami memburunya ketika ia terbang untuk mendatangkan kematian dan kehancuran di kota-kota kami. Dia juga belum pernah mendengar tentang peribahasa kita: “Domba hitam adalah domba yang buruk”. Skuadron Dwelle bernama “Domba Hitam”; mungkin nama itu telah memainkan trik kotor padanya! ”
Namun pada kenyataannya, Angkatan Udarda Yugoslavia tidak memiliki pilot dengan nama itu. Yang benar adalah bahwa F-117A ditembak jatuh oleh S-125M Neva-M SAM buatan Soviet yang oleh NATO dikenal sebagai SA-3 Goa). Gvozden Djukic adalah nama samara Kolonel Zoltan Dani, komandan dari unit SAM yang mencetak ‘kill!’