Geser Rusia dan Prancis, Ekspor Senjata Inggris Capai Rekor Baru

Geser Rusia dan Prancis, Ekspor Senjata Inggris Capai Rekor Baru

Penjualan jet tempur Typhoon ke Qatar dan komponen-komponen terkait F-35 ke Amerika menjadi faktor utama penjualan senjata Inggris yang pada 2018 lalu mencapai rekor terbaru yakni 14 miliar poundsterling atau sekitar Rp240 triliun.

Berdasarkan data yang yang dirilis Department for International Trade (DIT) 30 Juli 2019 ekspor senjata naik 5 miliar poundsterling atau sekitar Rp 86 triliun dibandingkan dengan 2017 hingga mendorong Inggris ke tempat kedua dalam hal ekspor pertahanan global dan menggusur Rusia dan Prancis ke tempat ketiga dan keempat untuk tahun ini.

Laporan DIT menggambarkan betapa ketergantungan Inggris pada mitra Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Qatar untuk bisnis ekspor berkinerja tinggi. Laporan itu menunjukkan bahwa hampir 80 persen dari semua ekspor pertahanan Inggris berasal dari wilayah itu tahun lalu.

Selama sepuluh tahun terakhir, Timur Tengah, Amerika Utara, dan Eropa telah menjadi pasar terbesar bagi Inggris.

Angka-angka tersebut diberikan oleh defense and security arm DIT, yang dikenal sebagai Defence and Security Organisation (DSO). Menurut DSO, Inggris mengambil sekitar 19 persen pangsa pasar ekspor pertahanan untuk 2018, dibandingkan dengan 14 persen oleh Rusia dan 9 persen oleh Prancis.

Industri senjata Amerika  terus mendominasi pasar dunia. Menurut DSO, Amerika mengendalikan 40 persen pasar ekspor global dengan nilai US$ 100 miliar atau sekitar Rp1.700 triliun pada 2018.

Sebagian besar ekspor pertahanan Inggris berasal dari sektor platform udara. Sekitar 96 persen dari penjualan ekspor tahun lalu dihasilkan dari pertahanan kedirgantaraan dengan penjualan Typhoon ke Qatar dan kesepakatan yang menyertainya untuk membeli rudal Brimstone sebagai pendorong utama di tahun yang baik di Inggris.

Faktor utama lainnya adalah peningkatan pasokan barang untuk lini produksi F-35. Inggris adalah mitra luar negeri terbesar pada program pembangunan F-35 dengan BAE Systems dan Rolls-Royce di antara sejumlah pemasok penting.

Kurangnya diversifikasi ini menjadi perhatian bagi London. Prancis, misalnya, mungkin tidak sebaik Inggris tahun lalu secara keseluruhan, tetapi sejumlah sektor industri pertahanan berkontribusi pada apa yang ternyata merupakan kinerja yang baik.

Ekspor Prancis naik menjadi 9,1 miliar euro (sekitar Rp142 triliun) atau naik 30 persen dari 2017. Pelanggan terbesarnya tahun lalu adalah Qatar, termasuk jet tempur Rafale dan helikopter NH-90; Belgia, dengan kendaraan lapis baja Griffon dan Jaguar; Arab Saudi, termasuk kapal patroli; dan Spanyol, untuk helikopter NH-90.

“Perlu dicatat bahwa portofolio pesaing utama ke Inggris, seperti Amerika dan Prancis, tampak sedikit kurang seimbang dibandingkan dengan Inggris, dan oleh karena itu, negara-negara pemasok ini kurang terkena fluktuasi sektor,” catat laporan DIT sebagaimana dikutip Defense News.

Berita bagus untuk Inggris: tahun ini mereka akan bisa memperbaiki keseimbangan antara sektor ekspor Inggris. Keberhasilan maritim utama fregat anti-kapal selam Tipe 26, yang dipilih oleh Australia dan Kanada, mulai muncul dalam data ekspor untuk 2019.

Ekspor peralatan keamanan juga terus tumbuh tahun lalu, DIT melaporkan, naik 7,2 persen dari 2017 dan melewati batas 5 miliar euro. Hampir setengah dari ekspor pergi ke Eropa, dengan pasar Amerika Utara menyumbang 18 persen dari penjualan. Sedangkan Cyber ​​menyumbang sekitar 40 persen dari ekspor itu.