Pada 30 Juli 2019 pagi, Angkatan Udara Taiwan mengirim dua jet tempur F-16 Fighting Falcon dari Hualien Airbase untuk mensimulasikan serangan terhadap kapal perang musuh di lepas pantai selatan pulau utama.
Para jet tempur dipersenjatai dengan rudal antikapal Boeing AGM-84 Harpoon, yang dilaporkan berhasil menyerang kapal bekas yang digunakan sebagai sasaran. AGM-84 adalah rudal antikapal utama yang digunakan oleh Angkatan Laut Amerika dan telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun sejak 1977 – setahun lebih lama dari F-16 itu sendiri yang mulai beroperasi pada tahun 1978.
Latihan ini dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan kepada Angkatan Laut China yang memulai satu minggu latihan militer di dekat Selat Taiwan, dan kedua kapal bekas yang digunakan sebagai target itu diberi nama kapal-kapal penting milik China, salah satunya Liaoning, kapal induk China.
Latihan F-16 Taiwan kali ni merupakan yang pertama kalinya Angkatan Udara melakukan uji coba rudal Harpoon sejak tahun 2001. Pertanyaannya, apakah China harus khawatir dengan unjuk kekuatan Taiwan ini?
Ketika militer China muncul sebagai salah satu kekuatan dunia yang paling modern dan mampu di dunia, persenjataan era 1970-an di mana Taiwan sangat bergantung semakin dianggap usang. Kurangnya kemampuan dasar radar Harpoon untuk menghindar dan kemampuan manuver yang buruk, dikombinasikan dengan kecepatan rendah dan jarak pendeknya, berarti bahwa itu menimbulkan ancaman yang dapat diabaikan bagi kapal perang modern China.
Meski jangkauan rudal yang sedikit lebih dari 120km dianggap sebagai jarak panjang ketika pertama kali memasuki layanan pada tahun 1970-an, ini tidak lagi memungkinkan jet tempur Taiwan untuk menyerang dari luar jangkauan pertahanan udara China yang mampu menyerang jet tempur lawan dari rentang 200 km.
Dengan kecepatan 0,7 mach meski ditembakkan dalam jumlah besar sulit untuk menembus empat sistem anti rudal berlapis yang sangat canggih yang digunakan oleh perusak China modern, yang juga menerapkan sistem peperangan elektronik.
Bahkan jika terjadi perang, F-16 Taiwan mungkin tidak akan bisa lepas landas karena jam-jam pertama perang China hampir dipastikan akan menyerang pangkalan militer, termasuk lapangan terbang dengan hujan rudal hingga menjadikan pesawat tidak bisa beroperasi
F-16, seperti semua jet tempur dalam armada Taiwan, tidak memiliki kemampuan siluman hingga sulit untuk menyusup pertahanan udara lawan tanpa terdeteksi.
Dengan demikian unjuk kekuatan Taiwan sepertinya tidak akan membangkitkan kekhawatiran di daratan China. Dengan industri pertahanan Taiwan yang mengembangkan sejumlah rudal udara modern dan canggih seperti Sky Sword II yang hipersonik dan Wan Chien yang tersembunyi, masih ada kemungkinan bahwa pengganti Harpoon yang baru dan lebih mampu mungkin muncul di tahun-tahun mendatang.