Site icon

F-15E Amerika Patroli Tempur di Teluk Persia dengan Bom Terlarang

Jet tempur F-15E Eagle milik Angkatan Udara Amerika terdeteksi melakukan patroli di atas Teluk Persia yang dipersenjatai dengan bom cluster, serta berbagai senjata lainnya. Senjata-senjata ini bisa berguna untuk mengalahkan kawanan kapal kecil, milik Garda Revolusi Iran.

Patroli terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran, serta konflik tanker di Selat Hormuz dalam beberapa pekan terakhir.

Gambar muncul dari F-15E yang bersenjata amunisi cluster pada 31 Juli 2019.  “Peran mereka [F-15E] adalah untuk melakukan misi patroli udara tempur di Teluk Arab dan menyediakan pengawalan udara pada kapal-kapal angkatan laut saat mereka melintasi Selat Hormuz,” demikian pernyataan 380th Air Expeditionary Wing tentang Surface Combat Air Patrols, atau SuCAP. 380th  adalah unit utama Angkatan Udara Amerika di Pangkalan Udara Al Dhafra di Uni Emirat Arab. Strike Eagles, yang ditugaskan di Wing Tempur Ekspedisi ke-336, telah tiba di sana pada bulan Juni.

“F-15E adalah pesawat tempur peran ganda yang dirancang untuk melakukan misi udara ke udara dan udara ke darat dan saat ini sedang melakukan operasi patroli tempur udara untuk memastikan perdagangan maritim bebas dan terbuka di kawasan ini.”

Gambar-gambar yang menyertai memperlihatkan jet yang melakukan patroli tempur udara berbagai kesempatan sejak Juni 2019. Gambar menunjukkan setidaknya beberapa pesawat membawa Wind Corrected Munition Dispensers (WCMD), sebuah sistem navigasi inertial yang sistem navigasi GPS yang dapat membawa sejumlah amunisi tandan yang berbeda.

Sebuah F-15E di Pangkalan Udara Al Dahfra di Uni Emirat Arab menjelang patroli tempur udara pada Juli 2019. Tiga amunisi tandan WCMD terlihat di cantelan senjata pesawat.

Sebagaimana dilaporkan War Zone 31 Juli 2019, dua jenis utama bom WCMD dalam gudang militer Amerika adalah CBU-103 / B, dengan muatan 202 BLU-97 / B Combined Effects Bomblets (CEB), atau CBU-105 / B, juga dikenal sebagai Sensor Fuzed Weapon (SFW), dengan 10 BLU-108 / B Sensor Fuzed Munitions (SFM).

BLU-97 / B adalah cluster sub-munition tradisional. Beratnya hanya sekitar tiga setengah pon dan memiliki efek fragmentasi, anti-armor dan pembakar, memberikannya kemampuan untuk mengambil beragam target yang berbeda.

SFM adalah amunisi pintar yang lebih besar dan lebih kompleks, dan masing-masing memiliki empat hulu ledak anti-armor terpisah dengan sensor inframerah dan laser untuk melihat target dan menghancurkan target tersebut dengan tepat.

Entah apakah cluster sub-munition tradisional bisa berguna melawan gerombolan kapal kecil, tetapi SFW tampaknya unik cocok untuk misi ini. Iran telah menggunakan armada kapal kecilnya yang relatif besar dalam beberapa bulan terakhir untuk melecehkan dan menyita kapal komersial asing.

Seorang personel Angkatan Udara Amerika menyiapkan WCMD untuk dipasang di F-15E menjelang patroli

Bom cluster telah menjadi semakin kontroversial dalam beberapa tahun terakhir, terlepas dari kegunaan militernya yang terus-menerus, dan pemerintah Amerika telah berupaya untuk semakin membatasi penggunaannya dan secara terus menerus menghilangkannya dari persediaan militer.

Konvensi yang didukung PBB  melarang senjata cluster mulai pada 2010. Lebih dari 100 negara telah menandatangani kesepakatan tersebut. Amerika Serikat, Israel, China, Rusia, Brasil, Pakistan dan India menentang perjanjian tersebut. Negara-negara ini diyakini memproduksi atau menyimpan bom cluster dalam jumlah yang signifikan.

Pada tahun 2017, Administrasi Presiden Donald Trump berbalik arah, memutuskan untuk mempertahankan stok amunisi cluster yang ada untuk saat ini, meskipun pengembangan senjata alternatif terus berlanjut.

Saat digunakan, bom cluster menyebarkan ratusan atau ribuan bom kecil ke wilayah seluas sekitar lapangan sepak bola. Bom tersebut terkenal karena kerap gagal meledak membuat bahan peledak mirip ranjau yang bisa meledak beberapa dekade kemudian.

Menurut Legacy of War, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington diperkirakan 2- 20 persen bom yang dilepaskan dalam bom cluster modern gagal meledak pada penggunaan pertama.

Di luar bom cluster gambar-gambar yang dirilis menunjukkan bahwa Strike Eagle dari 336 juga siap untuk mengambil target bergerak dengan bom berpemandu laser. Dalam satu kasus, sepasang F-15E masing-masing membawa setidaknya dua bom GBU-12 / B Paveway II kelas 500 pon dan salah satunya memiliki Paveyway III berkapasitas 2.000 pound GBU-24 / B di stasiun tengahnya. Senjata terakhir mampu menonaktifkan atau menghancurkan kapal apa pun di Angkatan Laut Iran.

Selain itu, F-15Es masing-masing membawa sepasang AIM-120C Advanced Medium-Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM) dan dua  rudal homing inframerah jarak pendek AIM-9X Sidewinder. Senjata-senjata ini menawarkan kemampuan bela diri, tetapi bisa juga memungkinkan mereka untuk menyerang pesawat lain, termasuk drone.

Munculnya F-15E di Teluk Persia yang menerbangkan patroli semacam ini tidak terlalu mengejutkan. Sejak Mei 2019, militer Amerika telah mengirimkan aliran aset tambahan yang mantap, termasuk pesawat tempur, kapal, dan personel lainnya, ke kawasan itu sebagai tanggapan atas peringatan intelijen yang masih belum terdefinisi tentang meningkatnya ancaman terhadap kepentingan Amerika dari Iran dan prokinya.

Strike Eagle, dengan jangkauan yang kuat dan waktu terbang yang baik, dikombinasikan dengan kapasitas muatan yang besar dan kemampuan multi-misi, adalah alat yang ideal untuk melakukan SuCAP di wilayah ini.

Memiliki Weapon System Officer (WSO) juga sangat berguna untuk operasi yang dinamis. Campuran senjata di pesawat dalam gambar-gambar yang dikeluarkan Angkatan Udara hanya menggarisbawahi betapa fleksibelnya platform F-15E.

 

Exit mobile version