Kepolisian Israel secara resmi memanggil anak Palestina yang berumur empat-tahun untuk diinterogasi di wilayah pendudukan Jerusalem.
Kantor Berita Palestina WAFA mengatakan Muhammad Rabi’ Elayyan, yang berusia empat tahun warga Permukiman Issawiyeh di Jerusalem Timur, disodorkan surat panggilan untuk interogasi di kantor polisi di Jalan Salah Eddin di Jerusalem.
Elyaan pun dibawa oleh ayahnya, Rabi’, pada Senin 30 Juli 2019 pagi ke kantor polisi karena ia diduga melempar batu ke satu kendaraan polisi. Ayah Elayyan sempat diinterogasi oleh polisi Israel dan kemudian dibebaskan.
Pusat Penerangan Wadi Hilweh –kelompok pengawas yang berpusat di Silwan– menyiarkan video yang memperlihatkan anak yang berusia empat tahun tersebut menangis saat ia dibawa oleh ayahnya memasuki kantor polisi.
Di dalam video itu, puluhan warga Issawiyeh terlihat berkumpul di luar kantor polisi untuk memprotes surat perintah interogasi tersebut.
Usia pelaku pelanggaran pidana di Israel –berdasarkan hukum militer Israel, yang berlaku buat orang Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan ialah 12 tahun. Penangkapan anak kecil di bawah usia 12 tahun tidak sah.
Dari Jenewa Swiss dilaporkan Juru bicara Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia (UNHCHR) Rupert Colville menyeru pemerintah Israel agar melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai penembakan terhadap anak Palestina berusia 9 tahun oleh pasukan Israel.
Colville menyerukan penyelidikan menyeluruh, efektif, tidak memihak dan independen mengenai penembakan terhadap Abdul Rahman Shteiwi pada 12 Juli oleh pasukan Israel, dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung-jawab atas kesalahan itu diseret ke pengadilan.
“Kami sangat prihatin oleh kondisi kritis anak Palestina yang berusia sembilan tahun, Abdul Rahman Shteiwi, setelah ia ditembak di kepala oleh Pasukan Keamanan Israel (ISF) pada 12 Juli, dalam apa yang kelihatan sebagai contoh penggunaan kekuatan secara berlebihan,” kata juru bicara HNHCHR itu.
Perisitwa itu terjadi selama protes satu pekan di Desa Kfar Qaddum di dekat Nablus. Meskipun pemrotes membakar ban dan melemparkan batu ke arah ISF, tentara Israel –setelah mulanya membalas dengan peluru karet dan granat kejut– dilaporkan menggunakan peluru aktif, tanpa alasan nyata untuk membenarkan tindakan untuk menggunakan kekuatan mematikan, kata Colville dalam satu taklimat.