Bicara tentang kemampuan anti teror, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak kalah dibanding negara-negara lain. Mereka dibentuk dengan kemampuan khusus untuk menangkal dan membasmi segala bentuk teror yang ada baik di dalam maupun di dalam negeri. Inilah tiga pasukan anti-teror TNI yang sangat disegani dunia internasional:
Satuan 81 Komando Pasukan Khusus TNI AD
Pasukan elite ini bernaung di bawah matra TNI Angkatan Darat. Siapa tak kenal Komando Pasukan Khusus TNI AD? Ya, Satuan 81 ini merupakan bagian dari Komando Pasukan Khusus TNI AD yang berisikan prajurit-prajurit pilihan.
Satuan 81 dibentuk setelah peristiwa pembajakan pesawat terbang DC-8 PT Garuda Indonesia bernama julukan Woyla di Bandara Internasional Don Mueang, Bangkok, akhir Maret 1981.
Pasukan elite satu ini memiliki kemampuan kontra-intelijen yang spesial, dan memiliki beberapa tugas, yakni melaksanakan aksi dengan cepat mendesak, pengambilan putusan, dan daya tempur yang tinggi dalam menyelesaikan sasaran. Mereka, saat itu, terdiri dari beberapa batalion, yaitu Batalion 811, Batalion 812, dan Batalion Bantuan.
Kemudian, Batalion 812/antibajak pesawat yang melaksanakan operasi pembebasan sandera di pesawat terbang, dan Batalion Bantuan yang pantang menyerah menghadapi tugas yang berisiko tinggi.
Luhut Pandjaitan dan Prabowo Soebianto tercatat sebagai komandan dan wakil komandan pertama Satuan 81 ini. Bahkan, mereka sampai dikirim ke Jerman untuk menjalani spesialisasi antiteror.
Dari laman Kopassus disebutkan, pasukan elite yang bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur, ini mampu melaksanakan operasi antiteror dari berbagai objek, seperti gedung, bus, kapal, kereta api, hingga pesawat udara, baik di daerah sendirl maupun daerah Iawan.
Operasi penghancuran dan operasi penjinakan bahan peledak merupakan salah satu ciri khas Satuan 81 Komando Pasukan Khusus TNI AD yang personelnya terus menerus menempa diri dengan latihan-latihan.
Saat ini, Komandan Satuan 81 Komando Pasukan Khusus TNI AD dijabat oleh Kolonel Infantri Yudha Airlangga. Perwira menengah ini juga yang dipercaya mengomandani upacara pemakaman Ibu Negara Ani Yudhoyono.
NEXT
Detasemen Jalamangkara Korps Marinir TNI AL
Detasemen Jalamangkara Korps Marinir TNI AL merupakan satuan penanggulangan teror aspek laut yang dibina TNI AL. Mereka adalah gabungan dari Komando Pasukan Katak TNI AL dan Batalion Intai Amfibi Korps Marinir TNI AL.
Dari laman resmi Marinir TNI AL disebutkan, sejarah Detasemen Jalamangkara Korps Marinir TNI AL diawali pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut sesuai surat keputusan Kepala Staf TNI AL Nomor Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.
Pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut didorong kebutuhan mendesak akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman keamanan aspek laut pada khususnya, seperti ancaman terorisme sabotase, serta ancaman lain yang berdampak strategis.
Apalagi, diiringi semakin meningkatnya bentuk teror yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Seiring perkembangan, berdasarkan instruksi panglima ABRI kepada komandan Korps Marinir TNI AL dengan nomor Ins/01/P/IV/1984 pada 13 November 1984, kepala staf TNI AL melalui suratnya kepada panglima ABRI mengusulkan pembentukan Detasemen Jalamangkara. Berbeda dengan kedua pasukan khusus lain dari matra TNI AD dan TNI AU, nama dan kekuatan satuan ini tetap ada di tingkat detasemen.
Atas dasar surat kepala staf TNI AL itu, panglima ABRI menyetujui pembentukan Detasemen Jalamangkara dengan Surat Persetujuan bernomor R/39/08/9/2/SPN. Sejak itu, Detasemen Jalamangkara resmi menjadi satuan antiteror aspek laut dengan pembinaan kemampuan berada di bawah TNI AL, namun dalam keseharian, pembinaan langsung mereka ada di dalam lingkup Korps Marinir TNI AL.
Dari laman itu, dinyatakan tugas pokok Detasmenen Jalamangkara adalah membina kemampuan anti teror anti sabotase di laut dan daerah pantai, serta kemampuan “klandestein” aspek laut lain.
Berdasarkan ketetapan panglima TNI, komposisi organisasi Detasemen Jalamangkara terdiri dari satu markas detasemen, satu tim markas, satu tim teknik, dan tiga tempur sebagai unsur pelaksana di bawahnya.
Sebagai pasukan khusus bermatra laut, Detasemen Jalamangkara mempunyai kekhasan tersendiri dibandingkan satuan-satuan lainnya yang setingkat, antara lain memiliki tuntutan dalam kesiapan operasional yang sangat tinggi, dengan mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tinggi.
Sebagaimana dilaporkan Antara, medan tugas atau operasinya secara khusus berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai, dan daerah pantai.
Dengan kekhasannya itu, operasionalisasi, pendidikan-latihan, peralatan, hingga aspek lain Detasemen Jalamangkara disusun disesuaikan dengan media yang diperlukan untuk sasaran yang dituju, yaitu atas permukaan, bawah permukaan, dan vertikal dari udara.
Detasemen Jalamangkara dipimpin oleh komandan berpangkat kolonel dalam pelaksanaan pembinaan, dan bertanggung jawab kepada komandan Korps Marinir TNI AL. Saat ini komandan Detasemen Jalamangkara dijabat Kolonel (Marinir) Nanang Saefulloh.
NEXT
Satuan Bravo 90 Pasukan Khas TNI AU
Satuan Bravo 90 Korps Pasukan Khas TNI AU merupakan satuan khusus penanggulangan teror milik pasukan elite milik matra TNI AU. Dibentuk pada periode 1990, pasukan ini memiliki spesifikasi khusus.
Tugasnya, melaksanakan operasi intelijen, melumpuhkan alutsista/instalasi musuh dalam mendukung operasi udara, dan penindakan teror bajak udara, serta operasi lain sesuai kebijakan Panglima TNI.
Laman resmi Komando Korps Pasukan Khas TNI AU menyebutkan, Satuan Bravo 90 Korps Pasukan Khas TNI AU lahir pada era kepemimpinan Marsekal Pertama TNI Maman Suparman, komandan Pusat Pasukan Khas TNI AU, periode 1990.
Kata Bravo berarti “yang terbaik”, berasal dari bahasa Slavia, didapat Marsekal Pertama TNI Budhy Santoso (saat itu direktur operasi Pusat Pasukan Khas TNI AU) ketika belajar Total Defence and Protection di Yugoslavia.
Verlo dobro atau unusually excellent atau bravo. Ucapan tersebut disampaikan Jenderal Ismailnovich kepada siswa yang dinilai telah bersungguh-sungguh belajar dan lulus terbaik.
Sedangkan angka 90 menjadi tanda tahun peresmianpembentukan Bravo oleh Komandan Pusat Pasukan Khas TNI AU, Marsekal Pertama TNI Suparman, di ruang rapat Markas Pusat Pasukan Khas TNI AU, Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Kabupaten Bandung.
Prajurit cikal-bakal Bravo dititikberatkan untuk berlatih secara sangat intens, meliputi kemampuan bela diri karate, menembak, latihan fisik, mental dan bahasa Inggris.
Program yang disusun sangat ketat dimaksudkan untuk mencapai sasaran tahap pertama mencakup kualifikasi yang ditentukan, yakni dan satu karateka, petembak mahir kelas satu, memiliki fisik dan mental tangguh, dan aktif berbahasa Inggris.
Kualifikasi komando dan terjun bebas merupakan kemampuan dasar prajurit Bravo, yang telah diperoleh sebelum seleksi.
Ramuan dari latihan dan pembelajaran tersebut, dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan Bravo lebih lanjut, yaitu menyerap keterampilan maupun pengetahuan keudaraan. Adapun Komandan Satuan Bravo Korps Pasukan Khas TNI AU adalah Kolonel Pasukan Nana Setiawan.