Menyusul insiden yang melibatkan kapal komersial di dekat Selat Hormuz, Washington telah mengundang sekutunya mengambil bagian dalam misi di wilayah itu untuk melindungi kebebasan pelayaran di wilayah tersebut. Namun Jerman, salah satu sekutu utama tampaknya lebih setuju untuk menggunakan cara Inggris
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menegaskan bahwa strategi “tekanan maksimum” Amerika terhadap Iran adalah skenario yang tidak dapat diterima untuk keterlibatan Berlin di wilayah tersebut. Dia lebih menyambut operasi yang diusulkan Inggris untuk melindungi kapal-kapal komersial di Teluk Persia dan dekat Selat Hormuz.
“Keterlibatan kami harus memiliki wajah Eropa. Kami tidak berpartisipasi dalam strategi tekanan maksimum Amerika,” kata Maas kepada kelompok media Jerman Funke.
Namun, ia menunjukkan bahwa Jerman hanya akan dapat memutuskan keikutsertaannya dalam penempatan angkatan laut yang diusulkan oleh Inggris jika diberikan kejelasan tentang desain misinya.
“Kami sedang melakukan kontak dengan pemerintah Inggris yang baru, khususnya untuk mengetahui bagaimana posisinya sendiri. Rencana masih dalam tahap awal,” kata Maas. Dia menambahkan bahwa pertanyaan politik dan hukum tentang misi perlu dijawab terlebih dahulu.
Meskipun Berlin telah mengambil sikap hati-hati, diplomat Jerman itu menyatakan bahwa Eropa memiliki kepentingan untuk memastikan keselamatan di Teluk. Menurutnya, pemerintah Jerman, Prancis, dan Inggris sedang mendiskusikan cara untuk menyatukan kekuatan-kekuatan regional dalam masalah keamanan maritim.
“Masih ada kesulitan diplomatik yang harus kita atasi, yang membutuhkan dialog dan diskusi aturan umum untuk menghindari eskalasi yang tidak diinginkan”, katanya.
Berbeda dengan Jerman, Denmark telah mengambil sikap yang lebih tegas untuk berpartisipasi dalam penyebaran yang diusulkan Inggris di Teluk Persia. Menurut Menteri Luar Negeri Denmark Jeppe Kofod, Kopenhagen secara positif mengevaluasi potensi kontribusi angkatan lautnya.
Sedangkan Prancis dan Italia dilaporkan telah mendukung rencana Inggris untuk meluncurkan misi maritim yang dipimpin Eropa di Selat Hormuz untuk meningkatkan keamanan navigasi komersial di sana.
Inggris menyusun rencana untuk meluncurkan misi keamanan internasional di Selat Hormuz menyusul meningkatnya ketegangan di sekitar rute pengiriman minyak utama. Situasi meningkat pada 19 Juli, ketika Garda Revolusi Iran menyita tanker minyak Inggris Stena Impero karena melakukan pelanggaran peraturan laut internasional.
Langkah itu mengikuti insiden serupa di lepas pantai Gibraltar pada 4 Juli, ketika pasukan Inggris menangkap sebuah kapal tanker Iran karena dituduh melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.