Pedih, Iran Tembak Jatuh 30 Jet Tempurnya Sendiri
F-4E Iran

Pedih, Iran Tembak Jatuh 30 Jet Tempurnya Sendiri

Jika sebuah jet tempur F / A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika pernah ditembak jatuh oleh rudal Patriot Angkatan Darat Amerika saat Operation Iraqi Freedom (OIF), Iran mengalami situasi lebih tragis. Selama perang dengan Irak 30 jet tempur mereka hancur karena ditembak rudal mereka sendiri.

Salah satu perang besar yang terjadi pasca Perang Dunia II adalah Perang Iran-Irak, yang menewaskan ratusan ribu orang dan terjadi antara tahun 1980 dan 1988.

Banyak yang tidak tahu bahwa konflik brutal ini juga melibatkan sejumlah besar insiden salah tembak teman sendiri di pihak Iran terutama selama beberapa bulan pertama setelah pecah perang.

Perang dimulai ketika pada 20 September 1980 pembom angkatan udara Irak memukul selusin pangkalan militer Iran.

Keesokan harinya, Iran meluncurkan paket serangan terbesar dalam sejarahnya yang  dijuluki “Kaman-99.”  Sekitar 140 pesawat tempur diterbangkan untuk menghantam pangkalan udara dan garnisun tentara Irak tanpa satupun pesawat ditembak lawan.

Namun malapetaka justru terjadi ketika jet-jet tempur itu hendak kembali ke rumahnya. Banyak dari mereka yang jatuh justru ditembak oleh pasukan darat Iran karena buruknya koordinasi, komando dan kendali yang buruk serta kepanikan yang mencengkeram pasukan Iran di darat.

Sebagaimana ditulis War is Boring insiden salah tembak itu membawa korban yang paling buruk pada jet tempur F-4D / E dan F-5E Iran yang menerbangkan misi dukungan jarak dekat ke garis depan. Pada 21 September 1980, pasukan Iran menembak jatuh setidaknya empat F-5E milik mereka sendiri.

Pada sebagian besar waktu misi pilot Iran tidak dapat mencapai ketinggian yang lebih aman karena ancaman Irak  dan harus kembali ke pangkalan derngan hanya terbang 100 atau 200 kaki di atas tanah. Hal ini mengekspos mereka kepada penembak Iran yang menghancurkan pesawat dan terus menembaki pilot saat dia sudah melontarkan diri dari pesawat.

Data menunjukkan Angkatan Udara Iran kehilangan 67 pilot tempurnya dari sekitar 1.000 serangan udara dekat antara 22 September dan 23 Oktober di tahun pertama perang.

Dari jumlah tersebut, 39 adalah awak F-4D / E dan 28 adalah pilot F-5E. Sebanyak 30 pesawat jatuh di wilayah Iran barat daya  karena ditembak teman sendiri.

Ironisnya pilot pesawat tempur Angkatan Udara Iran justru lebih aman saat mereka terbang jauh di dalam ruang udara Irak. Diperkirakan 44 pilot Iran tewas atau tertangkap ketika melakukan serangan “misi khusus” di Irak pada periode yang sama.

Kontributor utama insiden tersebut adalah kurang efektifnya komando dan kontrol.  Ditambah kepanikan yang dialami para pengawal revolusi Iran yang menerima sedikit pelatihan hingga menembak apa saja yang terbang di atas kepala mereka. Tidak peduli mereka lawan atau teman.

F-5 Iran

“Dalam salah satu insiden pada akhir Oktober 1980, sebuah bogey [pesawat tak dikenal] muncul di radar F-14 saya saat saya menerbangkan pesawat tempur  di sebelah barat pangkalan udara Dezful di barat daya Iran. Pesawat yang tidak diketahui itu berada 120 mil di sebelah barat posisi saya dan sistem [identifikasi radio] tidak dapat memberi tahu saya apakah pesawat ini teman atau lawan,” kata pilot Iran F -14 dan double ace Col. “Ferry” Mazandarani.

“Saya menyampaikan informasi kecepatan, pos dan ketinggiannya ke dua radar [kontrol] yang berbeda untuk memverifikasi statusnya. Kedua pengendali GCI menyatakannya sebagai pesawat lawan atau bandit dan memerintahkan kami untuk menyerangnya. [Petugas radar-intercept] saya  Letnan Y. Ahmadi dan saya menyiapkan sistem untuk menyerang [di luar jangkauan visual] sambil merencanakan kemungkinan penyerangan kembali jika rudal tidak mengenai sasaran.”

“Sekitar 70 mil ke target, saya menyadari bandit ini telah menjaga kecepatan tetap dan ketinggian 500 kaki sepanjang.  Fakta ini saja membuat saya menghubungi stasiun GCI sekali lagi untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut. Tanggapannya sama. Ini bandit. Anda berwenang untuk membunuh. Meski saya bisa meluncurkan AIM-54 Phoenix ke bandit yang terbang rendah, kecepatan dan ketinggiannya membuat saya ragu. Saya ingin mendapat jangkauan visual.”

“RIO saya protes. Aku beralasan bahwa ini bukan saatnya kita harus membuang-buang Phoenix yang mahal pada burung yang sudah mati. Saya berkata, ‘Ayo tembak dia dengan meriam.’

“Sekitar 12 sampai 15 mil, saya bisa melihat bandit itu terbang dekat dengan sisi gunung. Saya tidak dapat menentukan jenis pesawat tetapi cat kamuflase terlihat. Sebuah belokan yang lebar menempatkan saya tepat di belakangnya dan kami mencapai sekitar delapan mil ketika tiba-tiba saya berteriak kepada RIO saya melalui interkom. ‘Jangan sentuh apa pun. Ini adalah salah satu F-4 kami. ”

“Saya melepaskan sistem senjata dan dengan lembut membawa pesawat ke sisinya dan memberi sinyal tangan pada awak pesawat pembom yang rusak berat ini.”

Insting Mazandarani menyelamatkan nyawa pilot-pilot F-4E yang rusak parah yang IFF dan radionya tidak bisa beroperasi karena tembakan. Mereka beruntung.

Namun, hanya ada satu kasus keterlibatan udara ke udara antara dua pesawat Iran selama perang dengan Irak. Pada 16 Maret 1985, sebuah F-4E dari pangkalan udara Hamedan yang dipiloti oleh Kapten B. Akbari menembak jatuh F-4E lain dari pangkalan udara yang sama di atas garis depan.

Baik pilot dan petugas sistem senjata  mampu keluar dari pesawat, tetapi penembak di darat menmebakinya dan pilot, Kapten Fath-Nejad, saat ia terjun ke bawah. WSO selamat dengan luka ringan.

insiden salah tembak terus menantang Angkatan Udara Iran. Ada banyak rumor tentang apa yang menyebabkan F-14A  nomor 3-6062 jatuh di atas fasilitas nuklir Bushehr pada tahun 2012.

Meski militer mengatakan vertigo pilot menyebabkan kecelakaan tetapi juga ada pihak lain yang dengan yakin menyalahkan baterai rudal pertahanan udara Garda Revolusi yang salah tembak pada pesawat tersebut.