Jika Perang Pecah, Seluruh Pangkalan Militer Amerika di Timur Tengah Jadi Target Iran
Pasukan Amerika di Irak / Iraqi News

Jika Perang Pecah, Seluruh Pangkalan Militer Amerika di Timur Tengah Jadi Target Iran

Iran menegaskan pangkalan militer Amerika di Timur Tengah tidak dalam posisi aman jika Gedung Putih memutuskan untuk memulai perang.

Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran dan mantan Menteri Pertahanan Hossein Dehghan sebagaimana dilaporkan saluran televisi yang berbasis di Qatar, Al Jazeera mengatakan semua pangkalan militer Amerika di wilayah Timur Tengah akan menjadi sasaran Teheran, jika Amerika memutuskan untuk berperang dengan negara tersebut.

Dehghan mencatat bahwa Iran tidak akan menegosiasikan program rudal mereka dengan siapa pun, termasuk Presiden Amerika Donald Trump.

Penasihat itu juga dilaporkan mengecam UEA karena dituduh menjadi “pusat Amerika untuk menyerang keamanan nasional Iran”, tetapi menambahkan bahwa negara tersebut telah mengirim delegasi ke Iran untuk membahas perdamaian.

Al Jazeera juga mengutip penasihatnya yang memperingatkan negara-negara lain agar tidak mengubah status Selat Hormuz, karena itu akan membuka jalan ke konfrontasi berbahaya. Dia mencontohkan inisiatif Inggris untuk membentuk “misi perlindungan maritim” Eropa sebagai langkah yang dapat mengarah pada konsekuensi yang tidak terduga.

Dehghan berpendapat bahwa semua negara harus memiliki kemampuan untuk berlayar dengan aman dan mengekspor minyak melalui Selat Hormuz, yang akhir-akhir ini telah menjadi titik nyala ketegangan antara Iran di satu sisi dan Inggris dan Amerika di sisi lain.

Tren negatif dalam hubungan Amerika-Iran dimulai tahun lalu, tetapi mereka semakin memburuk setelah pertahanan udara Iran menembak jatuh pesawat Amerika. Amerika dalam beberapa hari terakhir juga mengatakan menembak jatuh drone Iran bahkan kemungkinan lebih dari satu.

Sumber ketegangan lain di Selat Hormuz adalah konflik antara London dan Teheran yang dimulai setelah pemerintah Inggris menahan kapal tanker Grace 1 yang membawa minyak Iran di Gibraltar karena dicurigai muatannya ditujukan ke Suriah karena melanggar sanksi Uni Eropa.

Iran kemudian membalas dengan menahan kapal tanker Stena Impero  milik Inggris pada 19 Juli karena dituduh melanggar peraturan kelautan.