Kanada mengatakan bahwa mereka akan menerima proposal dari empat kontraktor pertahanan global yakni Airbus, Boeing, Lockheed Martin dan Saab untuk menggantikan 88 jet tempur yang sudah tua. Kontrak tersebut dilaporkan bernilai minimal Can $ 15 miliar atau sekitar Rp159 triliun
“Setelah 18 bulan berkonsultasi dengan industri, permintaan resmi untuk proposal kini telah dirilis ke pemasok yang memenuhi syarat,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan Selasa 24 Juli 2019.
Saat mulai memegang kekuasaan pada tahun 2015, pemerintah Perdana Menteri Justin Trudeau membatalkan pesanan jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin yang dimaksudkan untuk menggantikan armada CF-18 Hornet.
Kontraktor pertahanan memiliki waktu hingga musim semi 2020 untuk mengajukan proposal awal dengan penghargaan kontrak yang dijadwalkan pada awal 2022 dan pengiriman diharapkan pada 2025. “Ini adalah investasi paling signifikan dalam Angkatan Udara Kerajaan Kanada dalam 30 tahun,” kata pernyataan itu sebagaimana dilporkan France24.
Seperti diketahui Saab Swedia memproduksi pesawat tempur multirole Gripen sementara Airbus adalah bagian dari konsorsium yang memproduksi Eurofigher Typhoon dengan BAE Systems.
Lockheed Martin akan kembali menawarkan tempur siluman F-35 sementara Boeing mengajukan F / A-18 Super Hornet.
Dassault Aviation Prancis memutuskan untuk menarik keluar Rafale dari penawaran pada November karena persyaratan teknis terkait dengan keanggotaan Kanada dalam kelompok ” Five Eyes ” yang tidak bisa dipenuhi perusahaan. Grup Five Eyes adalah kelompok negara yang berbagi intelijen. Mereka adalah Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.
Peran sentral pesawat baru adalah untuk melakukan patroli ruang udara Amerika Utara dengan Angkatan Udara Amerika di bawah komando North American Aerospace Defense Command (NORAD) yang merupakan komando bersama Amerika dan Kanada.
Setelah perselisihan dagang dengan Boeing, pemerintah Trudeau pada 2017 mengumumkan bahwa, alih-alih membeli 18 Super Hornets baru, pemerintah Trudeau memutuskan membeli 18 F/A-18 bekas dari Australia sebagai langkah sementara menutup kesenjangan guna menambah armada yang ada.