Sebuah pesawat serang Aero L-39 Albatros Libya yang penuh senjata melakukan pendaratan darurat di jalan pedesaan wilayah selatan Tunisia.
Kantor berita Tunisia TAP melaporkan peristiwa tidak lazim itu terjadi Senin 22 Juli 2019 dengan banyak saksi mata yang berbagi foto dan video dari pesawat tersebut.
Pesawat itu melakukan pendaratan darurat di luar kota Medenin, sekitar 100 km dari perbatasan Tunisia dengan Libya, dan kira-kira 250 km dari tempat pertempuran hebat di Tripoli.
Pilot pesawat itu kini ditahan, dengan otoritas menutup daerah itu sebagai tindakan pencegahan keamanan. Menurut Kementerian Pertahanan Tunisia, pilot memberitahu pihak berwenang bahwa pesawatnya mengalami kerusakan, memaksanya untuk mendarat. Laporan lain yang belum dikonfirmasi menunjukkan bahwa pesawat kehabisan bahan bakar.
Rekaman video menunjukkan pesawat dikelilingi oleh garis polisi dan para penonton berkumpul untuk melihatnya.
Menurut kantor berita TAP Tunisia, Angkatan Udara Tunisia berencana untuk mencegat jet setelah melanggar wilayah udara negara itu, tetapi mendarat sebelum mereka bisa melakukannya.
Pemerintah Government of National Accord (GNA) yang bermarkas di Libya barat membantah bahwa pesawat itu milik mereka. Sementara Libyan National Army (LNA) yang dipimpin Marshal Khaftar yang berbasis di Tobruk, belum mengomentari kejadian. Kedua faksi memiliki akses ke Aero L-39, pesawat Cekoslowakia yang dibeli Libya pada tahun 1978.
A #Libyan military aircraft makes an emergency landing near #Medenine, south of #Tunisia (#photos) "due to #fuel shortage" – Source.
Still not known if it belongs to #GNA (#Sarraj) or #Haftar. pic.twitter.com/XqSpfZygRD— Mourad TEYEB (مــراد التـائـب) (@MouradTeyeb) July 22, 2019
Pada awal Juli, pasukan LNA melaporkan menembak jatuh GNA L-39, dengan Tripoli mengakui bahwa ia kehilangan kontak dengan salah satu pesawatnya.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan penghentian segera pertempuran di Tripoli serta mendesak semua pihak dalam konflik untuk menghormati embargo senjata yang ada dan untuk tidak melakukan tindakan apa pun yang dapat memperburuk situasi.
LNA memulai serangan terhadap Tripoli dan GNA pada bulan April setelah kegagalan negosiasi, dengan para pemimpin dari dua faksi saling menyebut satu sama lain sebagai “teroris” dan “pemberontak.”
Sebelum serangan Tripoli, LNA telah mengambil kendali atas sejumlah permukiman, dan menghancurkan beberapa kelompok bersenjata yang beroperasi di Libya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, pertempuran baru-baru ini telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyebabkan 5.500 lainnya terluka.
Pernah menjadi salah satu negara terkaya di Afrika dan Timur Tengah, Libya terjerumus ke dalam perselisihan sipil pada tahun 2011, ketika militan bersenjata yang didukung oleh pesawat tempur NATO berhasil mengalahkan pasukan pemerintah dan mengeksekusi pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Libya kemudian menjadi negara gagal, dengan milisi yang bersaing, gerombolan bersenjata dan kelompok garis keras termasuk ISIS mengambil alih sejumalh wilayah. Negara ini juga menjadi pusat utama bagi aliran pengungsi dari Afrika ke Eropa, dengan pemerintah Italia baru-baru ini mengambil langkah untuk mencoba membendung aliran ini, termasuk meminta dukungan penjaga pantai Libya.