Gerebek Kelompok Neo Fasis, Polisi Italia Temukan Rudal Matra Super 530F Milik Qatar
Polisi Italia menyita menangkap rudal udara ke udara Matra Super 530F buatan Prancis saat menggeberek tempat yan digunakan kelompok ekstremis sayap kanan neo fasis. Kelompok ini diyakini telah memberikan bantuan kepada pemberontak Ukraina yang didukung Rusia.
Pihak berwenang juga mengungkap senapan otomatis dalam jumlah besar, senapan mesin ringan, dan senjata kecil lainnya, serta perlengkapan Nazi. Salah satu yang ditangkap terkait dengan partai politik neo-fasis Forza Nuova Italia.
Pasukan polisi khusus regional, yang juga dikenal dengan akronim DIGOS, di kota Italia Utara Turin memimpin operasi pada 15 Juli 2019, tetapi pihak berwenang di kota Milan, Varese, Forli, dan Novara juga ikut ambil bagian.
Polisi menemukan rudal Matra, yang dilaporkan aktif, di sebuah hanggar di bandara Forli. Fabio Del Bergiolo, satu dari tiga orang yang ditangkap otoritas Italia, adalah mantan pejabat bea cukai dan mencalonkan diri di Senat Italia sebagai anggota Forza Nuova pada tahun 2001.
Hanggar di mana rudal ditemukan tersebut dijalankan oleh sebuah perusahaan yang dipimpin Alessandro Monti, warga negara Swiss.
Gambar dan video yang dikeluarkan pihak berwenang dari barang-barang yang disita menunjukkan beragam senjata kecil buatan Eropa, Amerika, dan Eropa Timur baik yang baru maupun lama, termasuk senapan jenis AK- dan AR-15 / M16 yang tidak diketahui asal-usulnya, senapan mesin ringan Austria dan Ceko , dan lain sebagainya.
“Ini adalah penyitaan dengan beberapa preseden untuk kualitas senjata dan potensi kekerasan mereka,” kata Kepala Polisi Turin Giuseppe De Matteis sebagaimana dilaporkan surat kabar Italia la Repubblica dan dikutip The War Zone.
Tapi, sejauh ini, item yang paling aneh adalah rudal Super 530F. Matra pertama kali memperkenalkan Super 530F dengan rdar pencari semi-aktif pada 1979 khusus untuk jet tempur Dassault Mirage F1. Rudal itu adalah evolusi dari R.530 jarak pendek, yang pertama kali memasuki layanan Prancis pada tahun 1962 dan menggunakan campuran antara panduan radar inframerah dan semi-aktif.
Rudal yang disita memiliki tanda yang menyebutkan awalnya dijual ke Qatar sebagai bagian dari kontrak yang ditandatangani pada tahun 1980. Tidak jelas kapan Matra membuat rudal khusus ini atau di mana dan bagaimana orang yang ditangkap mendapatkannya.
Bizarre seizure in Italy. Authorities found a vehicle-launched missile with Qatari markings in a cache linked to a right-wing extremist group. The seizure was part of an investigation into assistance provided by the group to Russian-backed militants in Ukraine h/t @anna_alvazzi pic.twitter.com/iITTL13A6X
— Matt Schroeder (@MSchroeder77) July 15, 2019
Qatar membeli 14 F1, bersama dengan senjata untuk jet tempur tersebut pada 1980. Rudal itu dilaporkan tetap dalam persediaan Qatar, bersama dengan Super 530D, meskipun jet tempur Mirage 2000 yang lebih baru yang dibeli Qatar pada 1990-an saat ini membawa baru Rudal yang lebih yakni MICA yang dibangun konsorsium Eropa MBDA.
Tidak ada indikasi bahwa orang-orang yang ditangkap bermaksud menggunakan rudal dengan cara apa pun. La Repubblica melaporkan bahwa polisi telah diberi tahu senjata itu setelah menyadap telepon ke dan dari Del Bergiolo yang akan menjualnya. Kelompok ini dilaporkan menawarkannya dengan harga 470.000 Euro atau sekitar Rp7,4 miliar dan salah satu pembeli termasuk “pejabat pemerintah asing.”

Tidak jelas entitas pemerintah apa yang mungkin ada di pasar untuk satu rudal udara-ke-udara yang hanya kompatibel dengan sejumlah pesawat. Setelah 40 tahun dan banyak penjualan ekspor di seluruh dunia, Super 530F kemungkinan memiliki nilai intelijen yang berkurang.
Salah satu kemungkinan adalah Government of National Accord (GNA) (GNA), pemerintah yang diakui secara internasional di negara itu, mengoperasikan sejumlah kecil Mirage F1. GNA sangat membutuhkan senjata dan peralatan militer lainnya untuk mencegah kemajuan Jenderal Khalifa Haftar yang bersama dengan Libyan National Army (LNA), berusaha untuk menguasai negara itu.
Pada Mei 2019, LNA menembak jatuh salah satu F1 GNA di dekat Tripoli dan menangkap pilot bernama Jamie Sponaugle, yang ternyata adalah veteran Angkatan Udara Amerika. Rincian tentang bagaimana Jamie Sponaugle, yang selama dinasnya menjadi pemelihara pesawat, tetapi mendapatkan lisensi pilot swasta setelah meninggalkan Angkatan Udara, menjadi pilot tentara bayaran di Libya yang masih suram. Pasukan Haftar membebaskannya pada Juni 2019 sebagai bagian dari kesepakatan yang ditengahi oleh Arab Saudi.
Pembeli potensial lain mungkin adalah Iran, yang juga memiliki armada kecil Mirage F1 yang disita saat mereka melarikan diri dari Irak selama Perang Teluk pertama pada tahun 1991. Iran memiliki sejarah panjang dalam memperoleh rudal dan persenjataan lainnya di pasar gelap dan kemudian merekayasa balik untuk digunakan sendiri atau untuk diekspor.
Some of the arms:
– G3A4, HK trigger packs
– Multiple Steyr AUG A1/A2/A3
– Sa vz. 25/26
– Steyr TMP w/ suppressor
– PM-63 RAK
– vz. 61 Škorpion
– M1 Carbine(s)
– AR15 Variants
– Numerous Handguns, shotguns, bolt-action rifles, Mags, KnivesIsn't even everything- a serious haul. pic.twitter.com/rudWNOuk0Y
— Cᴀʟɪʙʀᴇ Oʙsᴄᴜʀᴀ (@CalibreObscura) July 15, 2019
Iran, serta sekutu regionalnya, juga telah menggunakan kembali klon-rudal yang dibangun secara lokal untuk berbagai peran baru, termasuk sebagai senjata darat ke darat dan berpotensi dapat melakukan hal yang sama pada desain Super 530F.
Partai-partai politik neo-fasis sayap kanan di Italia adalah kekuatan kecil, tetapi masih menonjol dalam politik Italia. Mereka juga telah menyaksikan kebangkitan kembali dalam beberapa tahun terakhir, dengan ketidakpuasan rakyat tentang berbagai masalah, terutama imigrasi dan gelombang masuknya pengungsi, terutama dari Afrika Utara dan Timur Tengah.
Sudah bertahun-tahun, pihak berwenang Italia juga menyelidiki kelompok-kelompok sayap kanan yang mengirim orang-orang untuk berperang bersama separatis Ukraina, serta bantuan lainnya. Baru pada 3 Juli 2019, otoritas Italia memenjarakan tiga pria setelah pengadilan di Genoa mendapati mereka bersalah karena berperang di Ukraina.
Tidak jelas apa yang akan terjadi sekarang dengan barang yang disita pihak berwenang Italia. Sejauh ini, tidak ada laporan bahwa Qatar telah meminta kembali misilnya.