Beberapa bulan setelah kapal selam kelas Scorpene India mulai beroperasi tanpa sistem senjata bawah air utama, Angkatan Laut India akhirnya meluncurkan tender senilai lebih dari US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun untuk mempersenjatai kapal selam diesel-listrik yang dibangun bersama Prancis tersebut.
Satu dari enam kapal selam kelas Scorpene telah beroperasi selama dua tahun terakhir tanpa torpedo kelas berat – sistem senjata bawah air utama – untuk menyerang dan bertahan melawan serangan kapal selam dan kapal perang permukaan lawan.
“Tender untuk membeli sekitar 100 torpedo kelas berat untuk kapal selam Angkatan Laut India dikeluarkan 10 hari lalu oleh Kementerian Pertahanan,” demikian kantor berita India ANI mengutip sumber-sumber Kementerian Pertahanan Senin 15 Juli 2019.
Pembangunan lima kapal selam kelas Scorpene yang tersisa – yang mampu membawa dan meluncurkan 18 torpedo kelas berat dari laut – sedang berlangsung di galangan kapal Mazagon Dock Ltd (MDL) di Mumbai.
Angkatan Laut India telah menghubungi Rosoboronexport dari Rusia, Naval Grup Prancis, ThyssenKrupp Jerman, dan SAAB Swedia untuk mengajukan penawaran memasok 108 torpedo kelas berat.
Pejabat itu mengatakan bahwa angkatan laut menginginkan sejumlah kecil torpedo kelas berat sebagai persyaratan mendesak, sementara pembelian jangka panjang yang lebih banyak akan dipenuhi melalui rute ‘Make in India’.
Angkatan Laut India menandatangani US$ 170 juta dalam kontrak untuk lebih dari 70 torpedo kelas berat, yang dikembangkan oleh Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan atau Defence Research and Development Organisation yang didanai negara.
Project75, di mana kapal selam kelas Scorpene sedang dibangun dengan bantuan perusahaan Naval Group (DCNS) Prancis, pada awalnya membayangkan melengkapi kapal selam dengan torpedo kelas berat Black Shark sebagai senjata utama mereka.
Namun, pada Juni 2016, pemerintah India membatalkan kesepakatan senilai US$ 200 juta dengan Whitehead Alenia Sistemi Subacquei (WASS), anak perusahaan dari produsen senjata Italia Finmeccanica, karena tuduhan korupsi yang melibatkan anak perusahaan Finmeccanica lainnya, Agusta Westland.