Turki tak bisa dibendung untuk membeli sistem pertahanan S-400 Rusia. Bahkan Ankara mulai menerima pengiriman senjata canggih tersebut.
Pengamat dan jurnalis Jerman bidang militer Boris Kálnoky menyebut sulit memahami mengapa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan segala cara menginginkan sistem pertahanan udara buatan Rusia tersebut.
Dalam artikelnya di media Die Welt yang berjudul ” With Russian Missiles, Erdogan Parts With West” jurnalis Jerman itu memperkirakan bahwa keputusan Ankara untuk melanjutkan langkah ini ini dapat dilihat sebagai “the point of no return” atau titik di mana tidak dapat kembali lagi untuk Turki, setelah itu negara tersebut akan meninggalkan sekutu Eropa dan Amerika. Erdogan laksana mengucapkan selamat tinggal ke barat.
Menurut Die Welt sebagaimana dikutip Sputnik Minggu 14 Juli 2019, Turki memutuskan untuk tetap berpegang pada kesepakatan pembelian meskipun ada kecaman dari NATO dan Amerika.
Penjelasan lain yang mungkin, menurut koresponden Die Welt tersebut adalah bahwa presiden Turki ingin menghindari Amerika karena sistem S-400 mungkin ditempatkan di dekat ibukota negara itu.
Seperti yang ditunjukkan outlet itu, dalam upaya kudeta tahun 2016, parlemen Turki diserang dari langit, sehingga kepala negara mungkin khawatir bahwa jika dikerahkan rudal Patriot buatan Amerika, Washington akan dapat mematikannya dari jarak jauh jika mereka dibutuhkan dalam situasi yang sama.
Komitmen terhadap kesepakatan S-400 bahkan mendapatkan dukungan bahkan di oposisi Turki Partai Rakyat Republik, ketika pemimpinnya Kemal Kilicdaroglu mendukung upaya untuk memastikan keamanan negara dan mengecam Amerika karena penolakannya untuk menjual Patriot ke Ankara.
“Jika keinginan Turki di masa lalu untuk membeli Patriot tidak terpenuhi, tentu saja, itu akan mengejar opsi lain untuk memastikan keamanannya,” kata Kilicdaroglu, seperti dikutip oleh kantor berita Anadolu.
Baru-baru ini, Donald Trump menyalahkan Presiden Barack Obama yang menolak menjual rudal Patriot ke Turki, dan mengatakan Turki belum diperlakukan secara adil.
Beberapa bulan yang lalu, Amerika menawarkan kesepakatan rudal Patriot senilai US$ 3,5 miliar untuk Turki, tetapi Ankara belum menerima dengan mengatakan syarat yang diusulkan oleh Washingtn tidak sebaik kesepakatannya dengan Rusia, yang ditandatangani pada Desember 2017.
Turki Kementerian Pertahanan mengatakan pada 2 Juli bahwa pengiriman pertama sistem rudal pertahanan udara S-400 telah mendarat di Ankara.
Turki, yang merupakan negara anggota NATO, telah berulang kali mengatakan bahwa sistem itu tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi. Tetapi NATO dan Amerika tetap sangat mengecam kerja sama Turki dengan Rusia dan mengklaim bahwa sistem S-400 tidak sesuai dengan sistem pertahanan udara NATO, sementara Washington bersikeras bahwa Ankara harus membeli sistem Patriotnya dan mengancam akan membekukan kesepakatan F-35.
Selama akhir pekan, mengutip sumber-sumber Bloomberg melaporkan bahwa Washington berencana mengumumkan sanksi terhadap Ankara pada akhir minggu depan karena tim Presiden AS Donald Trump telah memutuskannya.