S-400, Belum Teruji Tetapi Ditakuti
S-400

S-400, Belum Teruji Tetapi Ditakuti

Sistem pertahanan udara S-400 terus menjadi topik panas seiring dimulainya pengiriman senjata tersebut ke Turki oleh Rusia. Selama ini sistem rudal tersebut telah menjadi sumber konflik antara Ankara di satu sisi dengan Washington dan NATO di sisi lain.

Tak ada yang bisa membantah sistem pertahanan udara S-400 Rusia belum pernah sekalipun menunjukkan bukti dalam pertempuran sebenarnya. Tetapi uniknya, senjata ini sudah begitu dipuji dan ditakuti.

Badan Penelitian Pertahanan Swedia, FOI dalam laporannya pada Maret 2019 lalu menyatakan bahwa jangkauan dan kemampuan sistem pertahanan udara S-400 Triumf Rusia selama ini terlalu dibesar-besarkan.

Menurut laporan berjudul, “Bursting the Bubble? Russia´s A2AD-Capabilities in the Baltic Sea Region”,  tersebut FOI menyatakan bahwa kisaran sebenarnya dari sistem anti-pesawat S-400 Rusia, yang selama ini disebut mencapai 400 kilometer, sebenarnya hanya 150-200 kilometer.

“Sistem pertahanan udara S-400 sering diklaim memiliki jangkauan 400 km, tetapi pakar teknis FOI memperkirakan bahwa jarak efektif terhadap target manuver di ketinggian rendah jauh lebih sedikit, bahkan hingga 20 km untuk target yang lebih kecil yang mengikuti lekuk medan, ” tulis laporan tersebut sebagaimana dikutip Defense World 5 Maret 2019.

Laporan itu tak menyurutkan banyak pihak untuk membeli S-400. Setelah China, Turki menyusul dan India dalam perjalanan ke jalur yang sama. Sejumlah negara seperti Arab Saudi dan Qatar pun meliriknya.

Di sisi lain penentangan Amerika dan negara NATO terhadap keputusan Turki membeli S-400 semakin menguatkan pendapat banyak pihak bahwa S-400 memang ditakuti.

Jika dibandingkan dengan Patriot, maka harus diakui, pengalaman tempur sistem buatan Amerika ini jauh lebih matang. Berbagai medan perang besar, termasuk perang Teluk telah menjadi ajang pembuktian senjata ini.

Sistem pertahanan udara S-400 yang disebut oleh NATO SA-21 Growler, pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007.  Sistem ini mampu mendeteksi target hingga sejauh 600 km dan menyerang mereka jarak 400 km.

Target cepat dengan dan manuver seperti rudal jelajah, rudal nuklir balistik antarbenua, atau jet tempur dan bomber adalah mangsa yang ditargetkan S-400.

Perbedaan utamanya dari pesaing utamanya, yakni Patriot milik Amerika, adalah kemampuannya untuk memburu target dari segala arah. Patriot hanya dapat memindai langit dalam arah yang telah ditentukan pada luas 180 derajat. Sementara Triumph dapat memantau 360 derajat alias tidak ada yang bisa lepas dari jangkauannya.

Selanjutnya, sistem Amerika memiliki jarak serang 180 km, atau hanya setengah dari sistem Rusia. Ini memainkan peran penting tidak hanya dalam menangkal rudal, tetapi juga jet tempur dan pembom. Keduanya tidak akan memiliki kesempatan menembakkan amunisi di dalam jarak serang ketika berhadapan dengan S-400.

Pada dasarnya, faktor-faktor ini adalah alasan mengapa bahkan anggota NATO lebih suka membeli perangkat keras Rusia, meskipun ancaman sanksi ekonomi.

Setiap S-400 terdiri dari empat peluncur dengan masing-masing empat rudal. Jadi secara total, satu baterai memiliki 16 anti rudal yang mampu menembak jatuh jet tempur dan rudal jelajah. Diklaim jet tempur generasi kelima bisa dicium dan ditanduk dengan rudalnya.

Tetapi sebenarnya, semua yang ada ini adalah hitung-hitungan teknis dan teori. Sekali lagi S-400 belum teruji di medan perang sesungguhnya.

Selain itu, perang bukanlah tanding satu lawan satu antar senjata. S-400 tak mungkin hanya dihadapi F-35 atau F-22 misalnya. Tetapi akan dikeroyok dengan berbagai sistem lain. Demikian juga S-400 tidak mungkin dibiarkan bertarung sendiri. Akan banyak kekuatan lain yang mendukungnya.

Baca juga:

Apa itu S-400? Siapa Yang Bisa Dia Bunuh?