Seteah mendapat kemerdekaan pada tahun 1965, Angkatan Udara Singapura yang baru didirikan berusaha untuk memperoleh pesawat tempur canggih dari Amerika Serikat. Angkatan bersenjata negara kota itu menunjukkan minat khusus pada pesawat tempur besar bermesin ganda McDonnell F-4E Phantom. Hingga pertengahan 1970-an F-4E merupakan pesawat tempur Barat paling unggul dibanding pesaingnya. Pesawat ini juga beroperasi di banyak negara.
F-4E adalah modernisasi luas dari desain F-4 asli, dan peningkatan desainnya didasarkan pada pengalaman tempur Angkatan Udara Amerika di Perang Vietnam di mana pertemuran udara ke udara melawan jet tempur Vietnam Utara dan Korea Utara seperti MiG-21 dan MiG-17 sering terjadi.
Amerika Serikat menolak untuk memasok jet tempur high-end ke Singapura karena pesawat in hanya diberikan untuk sekutu high-end seperti Iran, Jepang dan Israel dan tidak pernah dijual ke negara-negara Asia Tenggara.
Strategi ini diterapkan untuk melindungi rahasia teknologi Phantom karena pentingnya menjaga kemampuan perang udara dari seluruh Blok Barat, dan biaya operasional pesawat tempur itu jauh melampaui anggaran sebagian besar negara dunia ketiga yang menjadi sekutu Amerika.
Amerika kemudian memasarkan F-5 yang lebih ringan dan kurang mampu untuk klien dunia ketiga, dan ini dijual secara luas di seluruh Asia Tenggara termasuk ke Thailand, Filipina, Indonesia, dan Vietnam Selatan.
Angkatan Udara Singapura bergerak untuk mendapatkan F-5E Tiger II, yang masih terus digunakan hingga hari ini dan telah dimodernisasi secara luas dengan standar generasi keempat. Pesawat ini mampu menembakan rudal udara ke udara AIM-120 dan telah dilengkapi dengan sistem peperangan elektronik canggih serta radar yang lebih kuat hingga menjadikannya ancaman potensial bahkan terhadap jet tempur yang lebih modern.
Meski Amerika dilaporkan mempertimbangkan kembali untuk memasok Singapura dengan F-4E pada pertengahan 1970-an, seiring masuknya platform superioritas udara yang lebih canggih yakni F-14 Tomcat dan F-15 Eagle, Singapura saat itu sudah kehilangan minat pada Phantom yang menua.
Sebagai dua jet tempur utama Barat yang mereka pertahankan selama lebih dari 30 tahun sampai F-22 Raptor mulai beroperasi pada Desember 2005, ekspor F-14 dan F-15 dilakukan terbatas daripada F- 4E. Hanya tiga negara yang diizinkan membeli F-15 yakni Jepang, Arab Saudi dan Israel. Serta hanya satu negara yang dibolehkan membeli F-14 yakni Iran.
Sementara penerus langsung F-4E berada di luar jangkauan, Singapura berusaha untuk mendapatkan generasi berikutnya yang setara dengan F-5 ringan yakni F-16 Fighting Falcon. Negara Asia Tenggara itu segera menjual pesawat tempur bermesin tunggal ringan dan terus beroperasi lima lusin pesawat dalam tiga skuadron bersama dengan satu skuadron F-5E.
Singapura lagi-lagi akan berusaha untuk memperoleh pesawat tempur kelas atas Amerika di awal tahun 2000-an, saat Amerika tampaknya melonggarkan pembatasan ekspor yang cukup besar pada F-15 Eagle. Masuknya F-22 Raptor membuat potensi kompromi dari teknologi F-15 kurang berisiko.
Teknologi Eagle tidak lagi dianggap sensitif seperti sebelumnya, dan Boeing mulai memasarkan pesawat secara besar-besaran kepada sekutu tingkat tinggi Amerika. F-15E Strike Eagle, pengembangan dari Eagle dirancang terutama untuk peran udara ke darat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan sejumlah klien tingkat tinggi. Langkah ini melahirkan F-15K Eagle Slam Eagle untuk Korea Selatan, F-15SA untuk Arab Saudi dan F-15SG untuk Singapura.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Amerika memberi tahu Kongres tentang penjualan pada 22 Agustus 2005, dan Angkatan Udara Singapura menempatkan pesanan awal untuk selusin jet tempur tersebut. Pembelian termasuk termasuk rudal udara ke udara AIM-120C dan AIM-9X dan rudal serangan darat dipandu AGM-154.
Angkatan Udara Singapura untuk memesan lebih lanjut pesawat tersebut dari tahun 2007, dan pada akhirnya akan memperoleh 40 jet tempur elite Amerika itu. Sebanyak 24 pesawat tempur dinyatakan siap tempur pada September 2013, dan armada penuh 40 pesawat mulai beroperasi dari 2018.
Dengan demikian, Singapura telah meluncurkan jet tempur paling mampu di dunia, dan bahkan Eagl mereka mengalahkan pesawat-pesawat USAF.
Dengan negara tetangga Malaysia mengerahkan armada yang kuat dari selusin jet tempur superioritas udara Su-30MKM, dan Indonesia juga mengerahkan Su-30 serta menunggu pengiriman Su-35, F-15SG tetap penting untuk mempertahankan paritas dengan pesawat superioritas udara kelas atas yang digunakan oleh negara-negara tetangga dan akan mempertahankan keunggulan luar biasa dalam domain udara ke udara di atas F-16C dan F-5E.
Baca juga:
Harus Diakui, F-15 Singapura Salah Satu Eagle Terbaik di Dunia