Pemerintahan Trump berencana untuk menjual lebih dari 60 jet tempur F-16 baru ke Taiwan yang dipastikan akan memicu protes keras China.
Taiwan awal tahun ini secara resmi mengajukan permohonan 66 jet F-16 Block 70, versi terbaru dari pesawat tempur yang dibangun Lockheed Martin. Dua pejabat mengatakan kepada Foreign Policy 39 Juli 2019, kesepakatan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk dituntaskan karena negosiasi harga dan konfigurasi pesawat.
Kini langkah selanjutnya adalah mengirimkan pemberitahuan ke Kongres. Anggota parlemen kemudian akan memiliki 30 hari untuk memblokir penjualan.
Taiwan sudah memiliki sekitar 140 jet F-16 Block 20 yang lebih tua yang saat ini sedang ditingkatkan ke standar terbaru. Namun, China telah lama mengatakan jika Amerika menjual F-16 baru ke Taiwan maka itu berarti melanggar garis merah.
“Posisi China untuk secara tegas menentang penjualan senjata ke Taiwan adalah konsisten dan jelas,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang pada bulan Maret 2019, setelah muncul laporan bahwa pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump memberikan persetujuan diam-diam untuk penjualan tersebut.
“Kami telah membuat pernyataan tegas kepada Amerika. Kami mendesak Amerika untuk sepenuhnya mengakui sensitivitas masalah ini dan kerusakan yang ditimbulkannya.”
Jika kesepakatan itu benar-benar bergerak maju, pasti akan membuat Beijing marah pada saat hubungan kedua negara sedang dalam situasi sulit. Kedua negara baru-baru ini sepakat untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan di tengah-tengah sengketa perdagangan luas yang telah mengguncang pasar global.
Kesepakatan itu terjadi ketika Trump terus mengurangi pembatasan terhadap China, dilaporkan menghapus delapan perusahaan dari daftar hitam Departemen Perdagangan dan mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan raksasa telekomunikasi Huawei membeli teknologi Amerika.
Tetapi jeda dalam ketegangan mungkin hanya sementara. Amerika Serikat masih memiliki banyak kekhawatiran tentang praktik ekonomi subversif China, pencurian teknologi, penumpukan militer yang berkelanjutan, dan kampanye pembangunan pulau di Laut China Selatan.
Taiwan telah lama menjadi titik nyala bagi China, yang tidak mengakui pulau itu sebagai negara merdeka. Beijing telah menentang segala upaya Taiwan untuk mendeklarasikan kemerdekaan sejak 1949, ketika keduanya berpisah setelah Komunis Mao Zedong memenangkan perang saudara China.
Amerika Serikat tidak mengakui Taiwan, tetapi Undang-Undang Hubungan Taiwan mewajibkan pemerintah Amerika untuk membantu negara kepulauan itu mempertahankan kemampuan bela diri. Amerika Serikat telah lama menjual senjata ke Taiwan.
Pemerintahan Trump baru-baru ini mengusulkan penjualan senjata terpisah ke Taiwan, termasuk tank Abrams dengan nilai lebih dari US$ 2 miliar serta sistem rudal antitank portabel, dan peralatan militer lainnya. Jika disetujui, penjualan akan menandai salah satu yang terbesar ke Taiwan dalam beberapa tahun terakhir oleh Amerika Serikat.
Tetapi penjualan F-16 baru akan jauh lebih provokatif. Pemerintahan sebelumnya, termasuk mantan Presiden George W. Bush dan Barack Obama, menolak permintaan Taiwan untuk membeli F-16 baru, agar tidak memprovokasi Beijing.
Tetapi pemerintahan Trump baru-baru ini menjadi lebih khawatir bahwa serangan oleh China terhadap Taiwan mungkin akan terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan. Pada bulan Januari, Presiden China Xi Jinping memperingatkan bahwa segala upaya kemerdekaan oleh Taiwan dapat ditanggapi oleh angkatan bersenjata dan secara implisit mengancam Amerika Serikat tidak mencoba melakukan intervensi.
“Ada konsensus yang hampir bipartisan di Washington bahwa sudah waktunya untuk sedikit lebih tegas terhadap China,” kata Richard Aboulafia, seorang analis dengan Grup Teal, mengatakan kepada Foreign Policy bulan Maret.