Penempatan sekitar selusin jet tempur generasi kelima F-22 Raptor Angkatan Udara Amerika ke Pangkalan Al Udeid di Qatar menandai peningkatan besar dalam ketegangan dengan Iran. Jet-jet tempur siluman ini dikerahkan seminggu setelah pertahanan udara Iran menembak jatuh sebuah drone mata-mata Amerika yang beroperasi di atau sangat dekat wilayah udaranya.
F-22 adalah yang terbaru dari banyak unit udara Amerika yang dikerahkan ke wilayah tersebut dengan tujuan melawan Iran. Pengerahan didahului oleh skuadron pesawat tempur F-35A, F-15C, F-15E dan pembom B-52H. Selain itu juga beberapa skuadron F/A-18E Super Hornet yang dikerahkan bersama kapal induk USS Abraham Lincoln.
Mewakili keunggulan mutakhir dari penerbangan militer Amerika penempatan Raptor berbeda dari jet tempur sebelumnya dan mungkin merupakan ancaman paling signifikan bagi Iran.
Sebagai jet tempur superioritas udara kelas atas, badan pesawat F-22 memiliki kinerja luar biasa yang memungkinkannya beroperasi pada ketinggian 20 km, melampaui kecepatan 2.2 Mach, dan menembus jauh ke dalam wilayah udara musuh.

Pesawat tempur ini mendapatkan manfaat dari tingkat manuver yang sangat tinggi dan merupakan satu-satunya jet tempur Barat yang mengintegrasikan sistem thrust vectoring untuk tujuan ini. Kelangsungan hidup Raptor semakin ditingkatkan dengan radar untuk membentuk profil siluman.
Pertahanan Iran sangat bergantung pada pertahanan udara berbasis darat seperti Raad 3 (Khordad 3) yang baru-baru ini menjatuhkan RQ-4A dan sistem jarak jauh S-200 dan S-300PMU-2 buatan Rusia.
Iran juga menurunkan dua skuadron tempur yang dilengkapi dengan rudal udara ke udara modern, F-14 Tomcat yang dipersenjatai dengan rudal jarak jauh Fakour 90 dan ini sangat dioptimalkan untuk serangan udara jarak jauh.
Terhadap semua aset ini, F-22 mempertahankan kekuatan yang cukup besar. Kemampuan bertahan pesawat tempur itu memberikannya peluang yang jauh lebih tinggi untuk menembus pertahanan udara Iran dan meluncurkan serangan udara pada sistem radar dan peluncur rudal untuk melemahkan jaringan.
Raptor juga ideal untuk mencari dan menghancurkan F-14 Iran karena kemampuan siluman dan manuver mereka yang memberikan kemampuan bertahan terhadap serangan rudal udara ke udara jarak jauh – yang memungkinkan jet Amerika untuk mendekat dan menetralkan jet Iran dalam jarak dekat.
Pertahanan udara berbasis darat dan skuadron F-14 Iran dianggap sebagai ancaman utama bagi unit udara Amerika u dengan pesawat tempur generasi keempat seperti F-15C dan F/A-18E berpotensi sangat rentan karena kemampuan manuvernya yang lebih rendah dan kurangnya kemampuan siluman.
Raptor juga mempertahankan keuntungan dari penempatan rudal udara ke udara AIM-120D. Saat ini Raptor menjadi satu-satunya jet tempur yang mengintegrasikannya rudal dengan jangkauan 180km tersebut . jauh lebih panjang daripada AIM-120C yang dibawa F-15 dan F/A-18.
Dengan mengerahkan Raptor ke Wilayah Teluk dan dengan kekuatan dua kali lipat dibandingkan kekuatan sebelumnya ditempatkan di kawasan itu, militer Amerika Serikat mengirimkan sinyal kuat ke Iran bahwa jika perang pecah, pasukan pertahanan udara Iran akan menghadapi jet tempur paling elit di dunia Barat.
Meski skuadron tempur siluman F-35A yang sebelumnya dikerahkan juga memiliki kemampuan menghindari radar dengan kemampuan siluman, pesawat tempur tersebut tidak dianggap sepenuhnya siap tempur dan dirancang sebagai pelengkap yang lebih ringan dan lebih murah untuk Raptor.
Profil siluman, kecepatan, kemampuan manuver, muatan senjata, jangkauan, dan ketinggian operasional F-35 semuanya ada di bawah Raptor. Ditambah dengan banyaknya masalah yang ditemui selama pengembangannya, F-35 sepertinya belum layak untuk mendapat kepercayaan sebagai penggedor utama saat menyerang Iran yang memiliki sistem pertahanan udara cukup mumpuni.