Iran: Tidak Ada Negara Manapun Yang Berani Melawan Amerika, Kecuali Kami
Rudal iran

Iran: Tidak Ada Negara Manapun Yang Berani Melawan Amerika, Kecuali Kami

Ketegangan antara AS dan Iran mencapai klimaks pada 20 Juni setelah jatuhnya kendaraan udara tak berawak AS yang diklaim Iran sedang melakukan operasinya yang melanggar wilayah udara Republik Islam itu. Iran sejak itu telah mengajukan keluhan resmi kepada PBB, “atas agresi terhadap wilayah udara kita,” dokumen itu berbunyi.

Iran menegaskan akan tetap berpegang pada kebijakan jangka panjangnya untuk menolak tekanan Amerika. Mereka juga menolak rencana otoritas Amerika terhadap jalan yang harus diambil negara ketika berurusan dengan Washington.

“Kami tidak melihat apa pun untuk menanggapi selain sanksi ilegal, perang ekonomi, dan terorisme dari pemerintah Amerika,” kata Seyyed Abbas Mousavi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.

“Iran membalas diplomasi dengan diplomasi dan tekanan dengan perlawanan,” tambahnya sebagiamana dilaporkan Sputnik Senin 1 Juli 2019.

Komentar itu muncul sebagai tanggapan atas wawancara yang diberikan oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Garrett Marquis, di mana ia mengecam Iran atas apa yang disebutnya sebagai kegagalan untuk membalas “upaya diplomasi” Presiden Amerika mengenai agenda nuklir Teheran.

Menurut wakil kepala Korps Garda Revolusi Iran, Laksamana Muda Ali Fadavi, pertempuran antara Iran dan Amerika Serikat adalah konflik antara kebaikan dan kejahatan yang telah berlangsung selama empat puluh tahun. Sebagaimana dilaporkan ISNA  dia mengatakan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di dunia yang berani mengambil tindakan terhadap Amerika, tidak seperti Iran, yang secara terbuka dan berhasil menghadapi musuh.

Sejak Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 dan mencoba untuk mengajak l sekutu Barat melakukan hal serupa, Iran telah mengancam untuk melanjutkan pengayaan nuklir jika kesepakatan itu tidak dijaga.

Ketegangan, yang mulai melonjak ke atas pada saat penarikan Amerika, meningkat tajam awal bulan ini setelah Iran menembak jatuh pesawat pengintai Amerika di atas Provinsi Hormozgan yang menurut Iran, telah melanggar wilayah udara negara itu. Komando Sentral Amerika merespons dengan menyangkal kejadian itu, dengan alasan bahwa pesawat itu dijatuhkan saat beroperasi di perairan internasional di Selat Hormuz.

Insiden itu mendorong Trump untuk mempertimbangkan serangan terhadap Iran, tetapi ia kemudian membatalkan serangan pada menit-menit terakhir.