Helikopter Mi 17 TNI AD Belum Ditemukan, Tim Darat Ditarik

Helikopter Mi 17 TNI AD Belum Ditemukan, Tim Darat Ditarik

Tentara Nasional Indonesia menarik tim yang melakukan pencarian helikopter MI 17 di darat ke Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan memfokuskan pencarian pesawat melalui udara. Hal ini karena medan tempat helikopter diperkirakan jatuh sangat ekstrem.

“Pencarian tim darat hari ini dilakukan di sekitar kaki Gunung Mol, namun sore ini kita tarik ke Oksibil, karena kita akan memfokuskan dulu ke pencarian melalui udara,” kata Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Letkol Inf Dax Sianturi di Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin 1 Juli 2019.

Setelah pencarian melalui udara menemukan titik terang, ia melanjutkan, tim darat akan kembali dikerahkan untuk melakukan pencarian.

Ia menjelaskan, pencarian melalui udara akan dilanjutkan pada Selasa 2 Juli dengan mengerahkan tiga helikopter untuk melakukan penyisiran dalam radius lima sampai 20 mil laut dari titik terakhir keberadaan helikopter MI 17 TNI Angkatan Darat sebelum hilang kontak.

“Hari ini sangat kita sayangkan, karena kita belum bisa menemukan tanda-tanda helikopter MI 17. Tim darat yang dikerahkan untuk melakukan pencarian masih tetap menunggu perintah jika sudah ada titik terang,” katanya sebagaimana dilaporkan Antara.

Helikopter MI 17 milik TNI Angkatan Darat dilaporkan hilang kontak sejak Jumat 28 Juni 2019  pukul 11.49 WIT. Helikopter dengan nomor registrasi HA-5138 itu membawa 12 penumpang beserta kru yang sebelumnya terbang ke Okbibab untuk mengirim kebutuhan logistik bagi prajurit yang bertugas di wilayah tersebut.

Danlanud Silas Papare Jayapura, Marsma Tri Bowo Budi Santoso menyebutkan medan pencarian helikopter MI 17 sangat ekstrem, bertebing dan curam, bahkan faktor cuaca juga selalu menghambat operasi pencarian.

“Sampai sejauh ini belum ada laporan yang signifikan, kita tahu bersama bahwa medan di sana sangat ekstrim. Cuaca khususnya malam hari sangat dingin dan masih turun hujan,” kata Marsma Tri Bowo Budi Santoso di Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin.

Dia menjelaskan, kendala utama pencarian helikopter MI 17 adalah cuaca karena perubahan cuaca di Oksibil setiap 15 menit harus dipantau, sementara di daerah lain cukup dua jam sekali.

“Jadi pencarian helikopter ini sangat tergantung dengan cuaca. Penerbangan pertama untuk pesawat CN235 ke Oksibil lalu kembali ke Jayapura kemudian mensortir barang dan mau kembali tidak bisa tidak bisa karena cuaca di Oksibil makin memburuk,” katanya.

Mi-17 merupakan versi ekspor dari Mi-8 dan merupakan salah satu helikopter utilitas paling produktif yang pernah dibangun dengan lebih dari 7. 300  diproduksi sejak 1961. Helikopter banyak diekspor dan  beroperasi dengan lebih dari 60 negara. Varian dari helikopter  ini masih diproduksi hingga sekarang.

Versi yang paling banyak dibangun untuk pelanggan militer adalah Mi-8T, yang merupakan standar transportasi utilitas. Varian ini menampung 24 tentara atau  mengangkut kargo 4 000 kg secara internal atau 3.000 kg secara eksternal.