Model mock-up dari pesawat tempur pertama Turki , TF-X, memulai debutnya minggu lalu di Paris Air Show. Dikembangkan oleh produsen mesin dirgantara Turki, Turkish Aerospace Industries (TAI), pesawat ini diharapkan menjadi salah satu pesawat tempur terbaik di dunia.
Kabarnya, penerbangan pertama direncanakan untuk tahun 2023. Pada tahun 2017, Kelompok Kale Turki membangun kemitraan dengan British Rolls-Royce untuk memproduksi mesin pesawat untuk TF-X, dan kemitraan terbentuk setelah kesepakatan pertahanan senilai US$ 133 juta ditandatangani antara Turki dan Inggris.
Kemudian, kedua negara menandatangani nota kesepahaman ketika Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengunjungi Inggris pada 13-15 Mei 2018. Sejak itu, Rolls Royce dan Kale telah bekerja untuk menangani masalah hak kekayaan intelektual.
Sebagaimana dilaporkan Daily Sabah Jumat 28 Juni 2019, meski pemerintah Inggris telah sering menyatakan komitmennya terhadap proyek tersebut dan menganggapnya memiliki kepentingan strategis, situasinya tetap tidak menentu apakah Rolls Royce ingin memberi Turki apa yang diinginkannya.
Menurut pejabat Industri Pertahanan Turki, Turki memegang posisi yang sama berkaitan dengan hak kekayaan intelektual mesin TF-X. Jadi tidak ada perubahan dalam garis merah Ankara dalam hal ini.
Selain itu, Turki ingin proyek TF-X menjadi program multi-mitra seperti jet tempur F-35, yang merupakan proyek pertahanan multinasional. Negara-negara lain, terutama di Asia-Pasifik, seperti Malaysia, dianggap sebagai mitra potensial dalam proyek tersebut oleh Ankara.
Menurut sumber, Turki telah membahas kemungkinan kemitraan dengan negara lain, tetapi belum ada kesepakatan yang dilakukan. Turki telah menunggu pematangan proyek untuk melibatkan negara-negara lain pada tahap pertama.
Karena penonaktifan bertahap pesawat tempur F-16 dari Angkatan Udara Turki dalam 10 tahun ke depan, proyek TF-X menjadi lebih penting karena ada hambatan untuk pengiriman F-35 terkait keputusan Turki membeli sistem pertahanan S-400 dari Rusia.