Pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal jelajah di bandara Arab Saudi. Kelompok itu telah merilis video yang menunjukkan para pejuangnya meluncurkan rudal yang secara visual mirip dengan rudal jelajah berbasis darat Soumar milik Iran.
Rekaman itu menawarkan bukti tambahan bahwa arsenal Houthi, yang sebelumnya telah diperkuat drone bunuh diri dan rudal balistik jarak pendek, kini semakin diperluas dengan memasukkan sistem senjata lain yang relatif canggih.
Pihak berwenang Saudi mengkonfirmasi serangan di Bandara Internasional Abha pada 12 Juni 2019, mengatakan bahwa itu telah melukai 26 orang, delapan dari mereka cukup serius. Abha terletak sekitar 100 mil dari perbatasan Yaman.
“Penargetan bandara Abha membuktikan bahwa Houthi telah memperoleh senjata canggih dari Iran,” kata pernyataan dari koalisi pimpinan Saudi.
Sebagaimana dilaporkan War Zone Kamis 13 Juni 2019 meski Houthi tidak menyebutkan nama senjata yang dimaksud, tetapi secara eksternal kelihatannya seperti Soumar Iran, yang tampaknya merupakan turunan dari rudal jelajah yang diluncurkan dari udara Kh-55 era Soviet.
Insinyur Iran kemungkinan merekayasa balik Soumar sejumlah Kh-55 yang diperoleh negara itu secara ilegal di pasar gelap dari Ukraina pada tahun 2001. Kh-55 memiliki jangkauan sekitar 1.500 mil dan dapat membawa hulu ledak konvensional kelas 1.000 pound.
Pada 2015, Iran secara terbuka meluncurkan Soumar. Pada bulan Februari 2019, otoritas Iran mengungkapkan rudal lain yang tampak identik dengan Soumar, tetapi disebut Hoveizeh. Tidak jelas apakah kedua senjata ini sebenarnya berbeda. Iran secara terbuka mengklaim bahwa Hoveizeh memiliki jangkauan hampir 840 mil.
Tidak jelas juga apakah rudal Yaman adalah klon rudal Iran yang dirakit secara lokal atau impor langsung dari Iran dan apakah rudal itu memiliki jangkauan yang mirip dengan Soumar serta seberapa besar hulu ledaknya, dan jenis sistem panduan yang digunakannya.
Pengaturan navigasi satelit yang relatif sederhana akan memungkinkan Houthi untuk menyerang target yang besar dan tetap, seperti ruang kedatangan Bandara Internasional Abha, menggunakan koordinat peta yang tersedia.
Jika Houthi memiliki Soumar, atau rudal dengan kinerja yang sama, itu merupakan peningkatan signifikan dalam kemampuan kelompok untuk menyerang target pada jarak jauh, termasuk Arab Saudi. Jangkauan 840 mil yang dilaporkan akan membuat ibu kota Saudi, Riyadh, berada dalam jangkauan.
Rudal ini juga akan memungkinkan pemberontak Yaman untuk menyerang di mana saja di dalam Uni Emirat Arab, partai besar lainnya dalam koalisi yang dipimpin Saudi.
Rudal jelajah terbang rendah seperti Soumar juga bisa menimbulkan tantangan khusus bagi jaringan pertahanan udara di Arab Saudi dan UEA. Terlebih jika ditembakkan secara salvo bersama rudal atau senjata lain. Dalam serangan baru di Bandara Internasional Abha, pemerintah Saudi mengatakan mereka berhasil mencegat dua pesawat tak berawak bunuh diri, yang juga diperoleh Houthi dari Iran.
Koalisi yang dipimpin Saudi telah secara aktif terlibat dalam konflik melawan Houthi di Yaman sejak 2015. Iran telah mendukung kelompok itu setidaknya dalam perluasan arsenalnya.
Saudi mengklaim Iran juga memasok mereka dengan rudal darat ke udara Sayyad-2, turunan dari rudal RIM-66 yang tersisa dari rezim Shah. Dukungan Iran telah memungkinkan pemberontak Yaman untuk melancarkan serangan terhadap kapal-kapal militer dan komersial menggunakan kapal yang sarat dengan peledak yang dikendalikan dari jarak jauh.
https://www.youtube.com/watch?v=cVADHyxA8Ks