Pembelian Senjata Taiwan Senilai Rp37 Triliun Takkan Mengubah Permainan
M12A Abrams

Pembelian Senjata Taiwan Senilai Rp37 Triliun Takkan Mengubah Permainan

Angkatan bersenjata Taiwan dilaporkan akan membeli senjata dari Amerika senilai US$ 2,6 miliar yang dimaksudkan terutama untuk meningkatkan kemampuan lapis baja dan anti-armor Angkatan Darat.

Sebanyak 77% dari dana tersebut atau sekitar US $ 2 miliar atau sekitar Rp37 triliun, akan dialokasikan untuk akuisisi 108 tank tempur General Dynamics M1A2 Abrams untuk memberikan peningkatan yang sangat dibutuhkan dan lama ditunggu dalam kemampuan perang lapis baja Angkatan Darat.

Taiwan sebelumnya memproduksi tank-tank tempur Perang Dingin Amerika di bawah lisensi di dalam negeri, dan telah sangat meningkatkan tank-tank Amerika yang lebih tua. Divisi lapis bajanya saat ini terdiri dari sekitar 750 tank M48 Patton – platform yang pertama kali masuk layanan selama Perang Korea pada tahun 1953 dan telah dianggap usang sejak setidaknya awal tahun 1970-an.

Namun Taiwan telah berusaha untuk menjaga platform ini agar dapat terus berkembang, memodifikasi secara ekstensif desain untuk mengembangkan varian dalam negeri yang dikenal sebagai CM-11 Brave Tiger.

Divisi elite lapis baja Taiwan terdiri dari tank M60 Patton – platform yang berasal dari tahun 1960 dan sangat tidak cocok dengan desain Soviet dan Inggris terbaru pada awal 1970-an. Bahkan dengan keuntungan kuantitatif yang luas, tank-tank tempur ini akan menghadapi kerugian besar terhadap tank-tank China seperti Type 96 – apalagi platform terbaru seperti Type 99A yang beberapa dekade di depan milik Taiwan dalam hal kecanggihan.

M60 Patton Taiwan

Dengan demikian M1 Abrams akan menjadi peningkatan kekuatan pasukan darat terutama untuk melawan tank-tank tempur China. Namun apakah bisa melawan tank terbaru China, semua masih harus dibuktikan.

Sebagaimana ditulis Military Watch Magazine, varian M1A2 mulai beroperasi pada tahun 1992 – yang membuat Type 99A China 30 lebih baru. Amerika semakin berjuang untuk menjaga jalur produksi Abrams tetap terbuka, terutama karena dua pelanggan luar negeri Irak dan Mesir mulai beralih ke T-90 Rusia.

Hal ini telah menimbulkan spekulasi yang cukup besar bahwa akuisisi tersebut merupakan hadiah dari pemerintah Taiwan kepada Amerika Serikat untuk perlindungan diplomatik dan perlindungan militer. Banyak analis memperkirakan tank tempur yang mahal tidak akan memainkan peran penting dalam menentukan hasil dari konflik Selat Taiwan yang akan sangat diputuskan di laut dan di udara.

Ketersediaan tank tempur yang lebih modern dari pemasok alternatif, seperti K2 Black Panther dari Korea Selatan yang secara signifikan melampaui kemampuan M1 dan Type 99, juga menjadi dasar untuk mempertanyakan keputusan Taiwan.

Di samping tank Abrams, angkatan bersenjata Taiwan merencanakan akuisisi 1.240 rudal anti-tank TOW senilai US$ 299 juta dan 409 rudal anti-tank Javelin senilai US$ 129 juta. Javelin secara khusus akan secara serius meningkatkan kemampuan pasukan darat Taiwan untuk menyerang tank-tank tempur China.

Javelin

Namun sekali lagi tank dan aset darat lain hanya akan digunakan setelah kapasitas perang udara dan laut Taiwan dihancurkan dan hasil dari suatu konflik telah diputuskan secara efektif.  Taiwan juga berniat untuk mengakuisisi 250 rudal anti pesawat panggul stinger seharga US$ 223 juta. Angkatan bersenjata Taiwan sudah mengoperasikan Stinger dalam jumlah besar di Angkatan Darat dan Marinir, sebuah platform mendekati tahun ke-40 dalam pelayanan. Senjata ini terkenal karena penggunaannya oleh kelompok-kelompok militan di Afghanistan melawan pesawat Soviet pada 1980-an.

Efek dari rudal Stinger hampir tidak akan revolusioner, terutama mengingat kekurangan Taiwan adalah pada kemampuan pertahanan udara jarak jauh dan kecanggihan yang berkembang pesat dari jet tempur China.

Paket senjata Taiwan tidak akan menjadi pengubah permainan, meskipun itu merupakan dorongan besar bagi ekspor senjata Amerika yang diprioritaskan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Akuisisi ini terjadi tidak lama setelah aktivasi brigade helikopter serang AH-64E yang juga diterima dari Amerika Serikat, yang dibeli dengan kontrak US$ 1,9 miliar.

Taiwan dilaporkan merencanakan pembelian lebih lanjut untuk jet tempur 66 F-16V dari Amerika Serikat di bawah kontrak US$ 13 miliar, dan sedang mempertimbangkan menghabiskan lebih dari US$ 6 miliar lebih untuk meningkatkan bagian dari armada F-16 yang ada menjadi standar serupa.