Su-47, Tidak Pernah Masuk Produksi Tapi Membuat Sejarah

Su-47, Tidak Pernah Masuk Produksi Tapi Membuat Sejarah

Pada tahun 1996, majalah militer Air Fleet Bulletin Rusia menerbitkan foto yang sekilas biasa saja yakni tentang pertemuan antara para pemimpin militer Rusia dan rekan-rekan industri penerbangan. Duduk di atas meja di depan mereka adalah dua pesawat model. Salah satunya adalah varian canggih dari pesawat tempur multi-peran Flanker yang saat itu terkenal.

Yang lainnya adalah jet hitam aneh dengan sayap yang menyapu ke depan. Apakah gambar tersebut merupakan kebocoran yang tidak disengaja atau disengaja, itu memicu spekulasi di pers Barat dan Rusia yang memperkirakan jet mutakhir baru yang dapat mengungguli pesawat tempur siluman F-22 Raptor. Pesawat kemudian membuat penerbangan pertamanya di tahun yang sama.

Pada awal 1980-an, ketika Uni Soviet memperkenalkan jet Su-27 dan MiG-29 untuk menantang F-15 dan F-16 Amerika, mereka berpikir untuk mengembangkan pesawat tempur generasi kelima untuk mengalahkan xProgram Advanced Tactical Fighter Amerika yang pada akhirnya akan menelurkan F-22 Raptor.

Mikoyan Gurevich mengerjakan MiG 1.44, yang sembilan tahun setelah jatuhnya Uni Soviet akhirnya dibatalkan. Bersamaan dengan itu, Angkatan Laut Soviet mencari pesawat tempur baru dengan karakteristik penanganan kecepatan rendah yang baik untuk terbang dari kapal induk yang dilengkapi ketapel uap Ulyanovsk, yang dibangun di Ukraina pada tahun 1988.

Pabrikan Sukhoi memilih untuk mengeksplorasi konsep Forward Swept Wings (FSW) yang secara teori akan memungkinkan peningkatan kemampuan manuver, terutama pada kecepatan rendah dan sudut serangan yang tinggi, peningkatan ketahanan putaran, mempersingkat jarak take off, dan memungkinkan jangkauan yang lebih besar dengan mengurangi hambatan udara .

Pada akhir Perang Dunia II, Tentara Merah telah merebut prototip jet bomber Ju-287 Nazi yang sedang dibangun dengan menggabungkan sayap-sayap ke depan.

Namun, sayap yang disapu ke depan belum banyak diadopsi karena mereka membutuhkan sayap yang sangat kokoh untuk menahan tekanan aero-elastic twisting pada akar sayap.

Baik insinyur Amerika maupun Rusia berupaya mengatasi masalah ini dengan menggunakan bahan serat komposit baru untuk membuat sayap  lebih ringan namun lebih kuat. Grumman membangun dua demonstran teknologi X-29 untuk menguji konsep tersebut, yang mungkin telah memacu minat Sukhoi.

Desain Sukhoi, yang pada berbagai waktu disebut S-22, Su-27KM, S-37 dan akhirnya Su-47, juga menampilkan canard, seperangkat sayap kecil di samping kokpit yang semakin meningkatkan kemampuan manuver dan angkat.

Bersama-sama, sayap menyapu ke depan, canard, dan stabilisator ekor horisontal memberikannya konfigurasi “tri-plane”. Selain elemen-elemen baru ini, Su-47 mempertahankan konfigurasi badan pesawat dan ekor kembar dari Su-27 Flanker, meskipun dengan ekor yang tidak merata memanjang di belakang untuk membawa radar yang menghadap ke belakang dan breaker-chute.

Dua mesin kuat turbojet D-30F-11 — mirip dengan yang ada pada interceptor MiG-31 Foxhound— menyediakan tenaga penggerak, meskipun akhirnya turbo vektor dorong-vektor AL-41F yang lebih canggih direncanakan untuk menggantikannya. Seperti F-16, S-37 sangat responsif sehingga mengandalkan sistem fly-by-wire untuk secara otomatis memperbaiki karakteristik aerodinamis yang tidak stabil.

Penanganan kecepatan rendah yang baik dari pesawat tentu membuatnya menarik sebagai jet tempur berbasis-kapal induk. Tetapi dengan jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, pembangunan kapal induk Ulyanovsk dibatalkan. Namun proyek Sukhoi sudah cukup jauh, sehingga pabrikan dapat secara pribadi mendanai penyelesaian satu model demonstran.

Publikasi Barat terutama dikaitkan karakteristik siluman jet. Berkut mungkin telah memasukkan pelapis dan bahan penyerap radar, dan Sukhoi merencanakan untuk menampilkan teluk senjata internal yang dapat menampung empat rudal udara-ke-udara R-77 jarak jauh yang saat itu masih dalam pengembangan, di samping empat rudal jarak pendek R-73 di eksternal. Namun, Sukhoi kemudian mengakui bahwa Su-47 belum dianggap sebagai jet siluman.

Sebagai gantinya, desain Su-47 menekankan ketangkasan dogfighting yang ekstrem. Jet demonstran melakukan penerbangan pertamanya pada 25 September 1997 dipikoti Igor Kozintsev — dan dua tahun kemudian dilakukan di sebuah pameran udara Moskow. Su-47 membuat penampilan kembali pada tahun 2001, 2003 dan 2005, di mana ia menampilkan kemampuan manuvernya yang luar biasa.

Jet tempur yang juga dijuluki Golden Eagle mampu mencapai sudut serangan yang ekstrem, atau kemampuan melontarkan hidung pesawat melebihi vektornya. Su-47 dapat mencapai angle of attack (AoA) 120 derajat, melemparkan hidung “menjauh” dari lintasannya bahkan ketika terus meluncur maju dengan momentum yang tersisa.

Tapi kelincahan ini menutupi fakta bahwa, seperti Boeing X-29, bahkan dengan sayap serat komposit akan sangat berat menanggung beban saat melakukan manuver kecepatan tinggi. Lebih buruk lagi, adanya keretakan mengharuskan penggantian seluruh komponen komposit daripada perbaikan tempat.

Dikombinasikan dengan senjata berat akan menambah beban 18-ton pada pesawat hingga  Su-47 kemungkinan akan dibatasi pada beban-G terbatas untuk menghindari tekanan yang berlebihan pada sayapnya dan terbukti sangat mahal untuk perawatannya.

Selain itu, meski menunjukkan kinerja instant turning yang luar biasa, itu buruk pada sustained turns. Meskipun diklaim berkemampuan 2 Mach, kecepatan penerbangan Berkut tercepat yang dilaporkan adalah 1,65 Mach.

Pada akhirnya, Su-47 tidak lebih dari sebuah demonstran teknologi yang dikembangkan secara pribadi — yang akhirnya menunjukkan bahwa sayap yang menyapu ke depan adalah sebuah ide yang waktunya belum tiba.

Sebaliknya, pesawat tempur Rusia seperti pesawat tempur multi-peran Su-35S dan jet siluman Su-57 mengandalkan mesin trust vectoring yang dapat memiringkan nozel buang, untuk mencapai kemampuan manuver yang super.

Namun Berkut akhirnya merintis beberapa teknologi yang akhirnya menemukan jalan mereka ke Su-57, yang merupakan upaya yang lebih berdedikasi untuk mengembangkan pesawat tempur siluman sejati.

Meski Berkut tidak pernah berevolusi menjadi jet tempur produksi, ia masih memainkan peran yang berguna untuk menguji teknologi baru — dan secara kebetulan, mengungkapkan bagaimana pengamat eksternal dapat dengan cepat mengaitkan kemampuan luar biasa berdasarkan pada beberapa gambar jet yang tampak hebat.