Presiden Amerika Donald Trump pada awal 2017 berjanji untuk memperkuat pertahanan rudal negara dengan menjanjikan lebih banyak uang untuk sensor dan rudal pencegat yang lebih banyak dan lebih baik.
Tetapi apa daya, dua tahun kemudian, salah satu program utama yang didorong Trump sebagai bagian dari upaya “Missile Defeat and Defense Enhancements” diam-diam telah runtuh. Militer menunda pembangunan Redesigned Kill Vehicle (RKV) yang diserahkan ke Boeing. Sebuah hulu ledak energi-kinetik super akurat yang dirancang secara fisik untuk menyerang rudal yang menyerang daripada meledak di dekatnya.
“Kami akan mengembangkan sistem pertahanan rudal canggih untuk melindungi dari serangan rudal negara-negara seperti Iran dan Korea Utara,” kata Trump hanya beberapa jam setelah pelantikan pada Januari 2017.
Badan Pertahanan Rudal atau Missile Defense Agency (MDA) pada 2019 meminta US$ 400 juta untuk mengerjakan RKV, pengganti hulu ledak kinetik sebelumnya. Tujuannya pada saat itu adalah untuk mengerahkan hulu ledak baru pada tahun 2023 sebagai pengganti hulu ledak tua yang digunakan roket Midcourse Defense Ground-Based yang dirancang untuk mencegat ICBM yang masuk.
Tetapi pada Mei 2019 MDA memerintahkan Boeing untuk berhenti bekerja pada RKV. Government Accountability Office (GAO) dalam laporan Juni 2019 merinci masalah hulu ledak tersebut.
Badan tersebut melaporkan meskipun MDA berusaha untuk mempercepat pengembangan RKV sebagai bagian dari Missile Defeat dan Defense Enhancements, program tersebut menerima terlalu banyak risiko dan sejak itu mengalami tantangan pembangunan yang membuat program cenderung tertunda lebih dari dua tahun dan meningkatkan biaya program hingga hampir US$ 600 juta.
Sebagaimana dilaporkan National Interest 9 Juni 2019 Menanggapi kemajuan dalam ancaman rudal Korea Utara, MDA mempercepat pengembangan RKV dengan secara bersamaan melakukan pengembangan dan produksi dan mengurangi jumlah uji terbang yang diperlukan untuk memproduksi dan menurunkan pencegat baru yang dilengkapi RKV. Selain itu, RKV sudah mengalami keterlambatan pengembangan sebelum akselerasi dan beroperasi tanpa margin jadwal untuk penundaan lebih lanjut saat mendekati tinjauan desain kritis pada Oktober 2018.
Program kemudian mengalami masalah desain, rekayasa sistem, jaminan kualitas, dan pembuatan, yang mengakibatkan program menunda tinjauan desain kritis. Masalah pengembangan paling signifikan yang muncul pada 2018 berkaitan dengan kinerja RKV dan rencana penggunaan perangkat keras komersial dan penggunaan kembali komponen Aegis SM-3 Block IIA.
GAO dalam laporan Juni 2019 yang sama mengecam Pentagon karena gagal melakukan pengujian realistis terhadap pertahanan misilnya.
“Dalam beberapa laporan sebelumnya, kami mengemukakan kekhawatiran tentang penggunaan komponen ini oleh MDA serta jadwal pengembangan RKV yang agresif. Dalam laporan Mei 2017 kami, kami juga merekomendasikan agar [Departemen Pertahanan] melakukan tinjauan komprehensif terhadap RKV. Meskipun peninjauan tersebut berpotensi memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko teknis dan risiko RKV.”