Kontraktor pertahanan Amerika Serikat, Northrop Grumman mengumumkan bahwa pihaknya telah menyelesaikan pengiriman pertama pesawat E-2D Advanced Hawkeye ke Angkatan Udara Jepang.
Pada November 2014, Kementerian Pertahanan Jepang memilih Northrop Grumman E-2D untuk memenuhi persyaratan peringatan dini udara generasi berikutnya yang muncul. Pesawat tersebut telah dikirimkan pada 29 Maret lalu.
“Kemitraan lama Northrop Grumman dengan Jepang memulai babak baru dengan pengiriman E-2D Jepang,” kata Jane Bishop, Wakil Presiden dan Pemimpin tim program pengawasan udara, Northrop Grumman.
“Pesawat ini memberikan peningkatan signifikan dalam peringatan dini dan kemampuan pengawasan untuk melampaui kebutuhan keamanan Jepang yang terus berkembang.”
Jepang telah mengoperasikan Northrop Grumman E-2C Hawkeye sejak tahun 1983 dan merupakan operator E-2 terbesar di luar Amerika.
Meskipun tidak seheboh pembelian jet tempur F-35, akuisi E-2D justru bisa menjadi kunci penting Jepang dalam melawan kekuatan militer tetangganya, terutama China.
E-2D Advance Hawkeye mulai dibangun pada tahun 2007. Dilengkapi dengan radar AN / APY-9 UHF-band state-of-the-art, pesawat dikabarkan bisa mendeteksi objek kecil, pesawat siluman seperti Chengdu J-20 milik China dan Su-57 Rusia.
Hawkeye dapat mendeteksi peluncuran rudal balistik dan peluncur rudalnya dari jarak jauh yang memungkinkan untuk menembak jatuh rudal.
Dalam skenario tempur, Hawkeye bisa bertindak sebagai platform manajemen jaringan pertempuran, membimbing pesawat lain dan tembakan rudal dari kapal terhadap ancaman yang masuk.
Sistem Advanced Hawkeye memungkinkan untuk bertindak sebagai platform ‘quarterback digital’, mengumpulkan dan mendistribusikan gambar taktis untuk pusat komando dan aset lainnya.
E-2D Hawkeyes memiliki baling-baling delapan bilah dan mesin turbofan kembar, memberikan kecepatan udara lebih dari 300 knot. Meskipun tidak secepat jet, ia memiliki aliran bahan bakar yang lebih baik, yang berarti ia bisa tinggal di udara cukup lama untuk menyelesaikan misi mereka.
Pesawat baru akan menggantikan E-2C yang telah dalam pelayanan sejak awal 1970-an. E-2D adalah lompatan besar dalam kemampuan deteksi, pelacakan dan penargetan jarak jauh terhadap dua sasaran. Target pertama adalah peswat tempur yang menggunakan teknologi siluman di mana China telah memasukkan ke dalam layanan jet tempur J-20 dan terus mengembangkan pesawat siluman lain J-31. Selain itu Beijing juga mengembangkan drone siluman rahasia Lijian ‘Sharp Sword’.
Deteksi dini terhadap ancaman tersebut akan sangat penting untuk menjaga survivability kapal perang permukaan Angkatan Laut AS dalam konflik di masa depan dengan China. Apalagi J-20 dikabarkan membawa rudal jarak jauh untuk menghancurkan kapal.
Demikian pula, radar A / N-APY9 menawarkan secara signifikan peningkatan kemampuan deteksi dan pelacakan terhadap ancaman kecil, rudal jelajah supersonik dan hipersonik dan hulu ledak rudal balistik.
Mengingat proliferasi rudal jelajah anti-kapal supersonik dan rudal balistik anti kapal selam China DF-21d kemampuan untuk menyediakan peringatan dini dan data target-tracking over-the-horizon menjadi penting untuk dapat beroperasi dalam zona anti-access/area denial (A2 / AD) di masa depan.
E-2D memang tidak dapat menghancurkan ancaman sendiri, melainkan mengirimkan data target ke pesawat lain yang membawa rudal untuk membereskannya. Oleh karena itu, upgrade dari E-2C ke E-2D di Jepang akan menjadi kekuatan sendiri yang bisa mengubah peta permainan di Asia Pasifik.
Baca juga:
E-2D Advanced Hawkeye, Mata Baru Kelompok Tempur Kapal Induk