Salah satu tujuan dari dihidupkannya kembali Armada ke2 Amerika adalah mengawasi pergerakan kapal selam Rusia yang semakin aktif dan berteknologi semakin canggih.
Wakil Laksamana Andrew “Woody” Lewis, Komandan Armada ke-2 mengatakan Armada ke-2 telah mencapai status operasional dan Rusia menjadi fokus mereka.
Armada Kedua dinonaktifkan pada September 2011 setelah 65 tahun beroperasi sebagai bagian dari upaya penghematan biaya dan restrukturisasi organisasi. Banyak personil dan tanggung jawabnya digabung ke Komando Pasukan Armada Amerika.
Armada ke-2 akan memimpin dan mengendalikan pasukan dari Norfolk, gap Greenland-Islandia-UK (GIUK) dan ke Laut Arktik dan Barents untuk mendukung misi perang anti-kapal selam. Gap Greenland-Islandia-UK menjadi wilayah yang pada era Perang Dingin menjadi fokus pemantauan dan kerap membuat kapal selam Rusia mati kutu.
Selama Perang Dingin, chokepoint maritim antara Greenland, Islandia, dan Inggris merupakan kunci pertahanan Eropa. Gap GIUK merupakan garis di mana angkatan laut Soviet harus menyeberang untuk mencapai Atlantik dan akan menjadi pemberhentian pasukan AS menuju seberang laut guna memperkuat sekutu Eropa Amerika. Ini juga menjadi daerah di mana kapal selam nuklir Uni Soviet harus mampu lolos jika mereka ingin melakukan serangan nuklir.
Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan sekutu NATO kala itu harus menghabiskan banyak waktu, uang, dan usaha guna memperkuat kemampuan perang anti-kapal selam serta intelijen, pengawasan, dan pengintaian di wilayah tersebut.
Pesawat patroli maritim dari Inggris, Norwegia, dan AS (Navy P-3, terbang dari Keflavik) menutup daerah dari atas, sementara kapal selam nuklir dan konvensional mengintai di bawah permukaan. Chokepoint juga menggunakan jaringan canggih dari sensor bawah air untuk mendeteksi dan melacak kapal selam Soviet.
Wilayah ini benar-benar sulit ditembus kapal selam Soviet. NATO memutuskan untuk memasang sensor sonar di wilayah ini sehingga tidak ada kapal selam Rusia bisa masuk Atlantik tanpa terdeteksi. Kemungkinan besar sensor ini juga ditempatkan di Pasifik.
Fasilitas menerima sinyal yang ditangkap oleh radar ini mirip dengan pusat kendali misi NASA. Sebuah fasilitas khas yang memiliki beberapa konsol kecil untuk memantau sinyal dari suatu wilayah.
Wilayah yang dicakup oleh satu konsol tumpang tindih sehingga beberapa operator yang mendengarkan suara dari tempat tertentu. Jika mereka menemukan kontak baru, mereka akan melaporkannya ke komandan mereka yang akan melanjutkan menginformasikan komando USN.
Dalam kasus perang, aset anti kapal selam sekutu seperti SSN, pesawat anti kapal selam sepereti Nimrod dan Orion, kapal anti kapal selam seperti fregat Type 22 dari RN yang beroperasi di daerah akan dikirim untuk memburu setiap SSN dan SSBN Soviet sebelum mereka bisa mencapai Atlantik. Jika sampai masuk Atlantik maka memburu kapal selam selaksa mencari jarum ditumpukan jerami.
Hal ini akan memungkinkan sekutu memiliki sejumlah kemudian untuk mampu memburu kapal selam Soviet meski tidak semua bisa dicegat dan beberapa kapal selam Soviet tetap lolos.
Selama bertahun-tahun sensor ini digunakan hingga Soviet membangun SSBN baru dengan rudal yang bisa menyerang Amerika saat mereka berada di laut Barents atau di Kutub Utara.
Soviet juga terus belajar untuk melawan sensor ini dengan berbagai takti. Salah satunya dengan bergerak di bawah kapal komersial atau menggunakan jalur alternatif melalui Arktik. Setelah berakhirnya perang dingin sensor ini digunakan untuk penelitian tentang mamalia laut meskipun beberapa masih digunakan untuk tujuan asli mereka.