Dikirim ke luar neger telah secara drastis mempengaruhi kesehatan personel militer Jerman. Ratusan anggota militer negara tersebut dilaporkan dalam kondisi tidak layak bekerja setelah pulang dari penugasan di negara lain.
Majalah Blid Jerman melaporkan sebanyak 800 tentara Jerman saat ini tidak layak untuk dinas karena partisipasi mereka dalam operasi militer di luar negeri,
Majalah itu secara khusus merujuk pada operasi tentara Jerman di Afghanistan, Mali dan negara-negara lain yang memiliki dampak negatif pada kesehatan para prajurit Bundeswehr.
Mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya di Kementerian Pertahanan Jerman Bild melaporkan prajurit-prajurit ini sekarang menjalani program rehabilitasi medis dan setelah menyelesaikan program tersebut, mereka akan dapat melanjutkan tugasnya.
Selain itu, Bild sebagaimana dikutip Sputnik Senin 27 Mei 2019 melaporkan bahwa tahun lalu, total 279 tentara Jerman kembali dari operasi di luar negeri dengan masalah kesehatan mental.
Ini terjadi setelah survei tahun lalu, yang diterbitkan oleh komisioner parlemen untuk angkatan bersenjata, Hans-Peter Bartels, yang mengklaim bahwa kekurangan personel dan peralatan Bundeswehr secara dramatis menghambat kesiapannya untuk berperang.
“Kesiapan tentara untuk dikerahkan tidak meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi malah semakin buruk. Pada akhir tahun, enam dari enam kapal selam tidak digunakan. Kadang-kadang, tidak satu pun dari 14 Airbus A-400M bisa terbang ,” tulis laporan itu.
Pada Oktober 2018, media Jerman melaporkan bahwa tidak ada senapan serbu baru dikembangkan yang diharapkan untuk menggantikan senapan G36 guna memenuhi harapan tentara Jerman.
Sebelumnya, masalah dilaporkan dengan peralatan militer yang ada, termasuk tank tempur utama Leopard 2, jet tempur Tornado, kapal selam, dan peralatan lainnya, yang sebagian besar telah digambarkan berada dalam keadaan memprihatinkan dan ketinggalan zaman.