Arab Saudi mengaku pesawat tanpa besenjata senjata melancarkan serangan terhadap dua instalasi minyak di Arab Saudi.
Menteri Energi Khalid Al-Falih Arab Saudi dikutip Kantor Berita Resmi Arab Saudi, SPA mengatakan serangan yang terjadi Selasa 14 Mei 2019 tersebut ditujukan ke dua stasiun pemompa minyak untuk pipa saluran Timur-Barat, yang menyalurkan minyak Arab Saudi dari Provinsi Timur ke Pelabuhan Yanbu.
Ia mengatakan serangan tersebut telah menimbulkan kebakaran pada satu stasiun pompa, yang akhirnya bisa dikendalikan.
Pada Selasa pagi, stasiun televisi Al-Masirah, corong kelompok milisi Syiah Yaman, Al-Houthi, mengatakan gerilyawan telah melancarkan serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi, tapi tidak memberi perincian.
SPA mengatakan Aramco, perusahaan minyak negara Arab Saudi, menghentikan operasi pipa saluran itu sebagai langkah pencegahan setelah serangan tersebut.
Pada Senin 13 Mei 2019, Arab Saudi juga mengatakan dua kapal tangker minyaknya menghadapi serangan sabotase di lepas pantai Uni Emirat Arab, sehari setelah UAE menyatakan empat kapal komersialnya telah menjadi sasaran serangan sabotase di lepas pantai Kota Pelabuhan Fujairah.
“Sabotase dan aksi terorisme paling akhir di Teluk dengan sasaran instalasi penting tidak hanya ditujukan kepada Kerajaan (Arab Saudi) tapi juga kepada keamanan pasokan minyak dunia dan ekonomi global,” kata Al-Falih, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu –yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa malam.
“Serangan itu sekali lagi membuktikan bahwa penting buat kita untuk menghadapi kesatuan teroris, termasuk milisi Al-Houthi di Yaman, yang didukung Iran,” katanya.
Perkembangan baru tersebut terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara AS dan Iran, dan Washington mengirim baterei rudal Patriot serta kapal angkut dermaga amfibi Angkatan Laut ke Timur Tengah.
Pemerintah Amerika kembali menjatuhkan sanksi atas ekspor minyak Iran pada November, setelah Presiden Donald Trump secara sepihak keluar dari Kesepakatan Nuklir 2015 antara Teheran, Washington dan lima negara lagi.
Pekan lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Iran akan melanjutkan pengayaan uranium tingkat-tinggi mendekati tingkat-senjata jika kepentingan Teheran dalam kesepakatan nuklir tidak dilindungi dalam 60 hari.