Hanya berselang satu minggu, Amerika Serikat kembali menembakkan rudal balistik antarbenua Minuteman III. Uji penembakan yang dilakukan Kamis 9 Mei 2019 tersebut juga hampir bersamaan dengan uji penembakan rudal jarak pendek oleh Korea Utara.
Tepat setelah tengah malam pada hari Kamis, Strike Global Command atau Komando Serangan Global Amerika menembakkan ICBM Minuteman III dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California menuju Kwajalein Atoll yang berjarak 4.200 mil jauhnya di Samudra Pasifik. Pengujian dilakukan untuk memverifikasi akurasi roket berkemampuan nuklir dan untuk melakukan unjuk kekuatan. Rudal tentu saja tidak membawa hulu ledak nuklir.
Hanya 11 menit sebelum tes Amerika, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) juga menembakkan rudal jarak pendek. Sembilan menit setelah Amerika meluncurkan Minuteman III, Korea Utara menembakkan rudal keduanya. Ini juga pengujian kedua yang dilakukan Pyongyang pada bulan ini.
Pada Rabu 1 Mei 2019 dan dianggap sukses Global Strike Command juga melakukan uji tembak rudal Minuteman III yang diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di barat laut Los Angeles, California dan juga menempuh jarak sekitar 4.200 mil atau lebih dari 6.700 km serta menghantam target di Kwajalein Atoll di Kepulauan Marshall yang ada di Pasifik.
Angkatan Udara Amerika menjadwalkan tes sistem rudalnya bertahun-tahun sebelumnya, biasanya menembakkan sepasang rudal setiap tahun yang dipilih secara acak dari stok rudal untuk memverifikasi penargetan proyektil dan sistem penerbangan masih secara normal.
Minuteman III telah membentuk tulang punggung arsenal senjata nuklir Amerika sejak 1970. Ini adalah rudal pertama Amerika yang dilengkapi dengan Multiple Independent Reentry Vehicle (MIRV), yang memungkinkannya untuk membawa hingga tiga hulu ledak berbeda yang dapat menyerang target independen. Menurut Center for Strategic and International Studies, Amerika saat ini diperkirakan memiliki sekitar 440 Minuteman III di gudang senjatanya.
Sedangkan Korea Utara sebelum uji coba rudal pekan lalu, tidak menembakkan rudal balistik sejak November 2017. Program senjata nuklirnya juga ditunda untuk membantu memfasilitasi pembicaraan damai, tetapi belum ada kebangkitan program yang telah diamati, meskipun beberapa pengamat telah berspekulasi bahwa foto satelit yang menunjukkan peningkatan aktivitas di pusat-pusat penelitian negara itu mungkin menandakan perkembangan semacam itu.
Baca juga: