Korea Utara kembali menembakkan rudal jarak pendeknya pada Kamis 9 Mei 2019 setelah uji pertama dilakukan pada pada 4 Mei. Mengacu gambar yang dirilis Korea Utara rudal baru tersebut terlihat mirip dengan rudal Iskander Rusia. Korea Utara menggambarkannya sebagai “senjata taktis dipandu”.
Menurut para ahli yang menganalisis gambar dari uji senjata pada Sabtu 4 Mei 2019 yang dirili kantor berita Korea Utara KCNA, rudal itu hampir identik dengan rudal Iskander Rusia – senjata jarak dekat yang sangat akurat dan mampu menyerang sasaran pada jarak lebih dari 150 mil.
Sistem semacam itu memiliki potensi untuk menantang pertahanan rudal di Korea Selatan dan berpotensi memunculkan kembali ketegangan di kawasan itu. Senjata juga menunjukkan bahwa Korea Utara sedang mengembangkan sistem senjata baru.
“Rudal gaya Iskander ini adalah hal yang perlu kita mulai khawatirkan,” kata Melissa Hanham, pakar senjata di One Earth Future sebagaimana dikutip NPR.

Korea Utara menguji senjata itu pada 4 Mei sebagai bagian dari “latihan serangan” yang mencakup penggunaan senjata lain seperti artileri roket. Itu adalah uji coba rudal yang dipublikasikan pertama kali sejak Korea Utara mendeklarasikan moratorium uji coba rudal antarbenua jarak jauh pada bulan April 2018. Namun rudal baru ini tampaknya jarak pendek hingga tidak melanggar moratorium.
Presiden Trump di Twitter mengatakan “Saya percaya bahwa Kim Jong Un sepenuhnya menyadari potensi ekonomi Korea Utara yang besar, dan tidak akan melakukan apa pun untuk mengganggunya atau mengakhirinya.”

Namun demikian, rudal baru itu tampaknya lebih canggih daripada beberapa desain Korea Utara sebelumnya. Menurut Hanham, tidak seperti rudal jarak jauh Korea Utara, rudal jarak pendek baru ini tampaknya berbahan bakar padat. Itu berarti bahan bakar sudah ada di roket sebelum meninggalkan tempat penyimpanannya. Rudal dapat diluncurkan dengan cepat dengan sedikit peringatan, Hanham menjelaskan.
Sementara menurut Michael Elleman, seorang ahli fisika dan peneliti senior untuk pertahanan rudal di International Institute for Strategic Studies, jika itu adalah rudal seperti Iskander, senjata baru ini akan terbang di ketinggian yang akan membuat sulit untuk dicegat.
Menurut Elleman Iskander terbang pada ketinggian sekitar 30 mil yang terlalu tinggi untuk pencegat rudal darat ke udara Amerika tetapi terlalu rendah untuk THAAD, sebuah sistem yang mampu mencegat rudal jarak jauh.
“Dengan asumsi versi Korea Utara beroperasi dalam cara yang mirip dengan Iskander, itu merupakan tantangan serius bagi pertahanan rudal teater,” kata Elleman.
Meskipun tampak sangat mirip dengan Iskander, Hanham dan Elleman sama-sama mencatat bahwa tidak ada cara untuk mengetahui apakah itu sistem Rusia yang diimpor, tiruan Korea Utara, atau sepenuhnya senjata yang lain.
“Jelas Korea Utara ingin kita berpikir itu adalah Iskander,” kata Hanham. “Pertanyaannya adalah, apakah ini benar-benar seorang Iskander?”
Ada beberapa rudal jarak pendek lain yang menyerupai senjata ini, tambah Jeffrey Lewis, seorang sarjana di Middlebury Institute of International Studies di Monterey di California. Grom-2 Ukraina dan Hyunmoo-2 Korea Selatan juga terlihat seperti senjata Korea Utara yang baru. “Ini hanya seperti kelas rudal jarak pendek,” kata Lewis.

Tetapi Lewis menambahkan bahwa terlepas dari mana Korea Utara mengambil inspirasi, rudal baru ini memang sesuatu yang lebih besar dan lebih baik daripada apa pun yang dimilikinya di masa lalu. Menurut analisis timnya senjata baru ini berdiameter sekitar 3 kaki dan mampu membawa muatan 1.100 pon antara 217 dan 280 mil.
Jenny Town, seorang peneliti di Stimson Center dan redaktur pelaksana situs web 38 North mengatakan tes 4 Mei kemungkinan dimaksudkan untuk mengirim pesan ke Korea Selatan. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan tidak senang dengan kurangnya kemajuan antara Korea Utara dan Korea Selatan setelah serangkaian pertemuan puncak tahun lalu.
“Saya pikir itu langkah yang sangat disengaja yang ditargetkan ke Korea Selatan,” kata Town. Kim mungkin berharap bahwa tes senjata baru akan menyentak Selatan ke pembicaraan lebih lanjut tentang kerja sama ekonomi.
Tapi Town khawatir tes itu mungkin memiliki efek sebaliknya. Karena rudal berbahan bakar padat yang baru jelas merupakan kemampuan baru, itu akan meningkatkan tekanan bagi Korea Selatan untuk mengadakan latihan militer yang dibenci Utara.
“Ini benar-benar membuat lebih sulit bagi Amerika dan Korea Selatan untuk menunda latihan militer,” katanya.