Dunia sempat berharap dengan perjanjian nuklir antara Iran dengan sejumlah negara-negara besar. Perjanjian itu diharapkan akan mengurangi ketegangan di kawasan Timur Tengah serta memberi jalan bagi Iran untuk membangun kembali ekonominya yang mendapat embargo selama puluhan tahun dari dunia internasional.
Tetapi harapan itu berantakan ketika Presiden Amerika Donald Trump pada 2017 menarik diri dari kesepakatan yang dinilai sangat buruk tersebut. Ketegangan kembali terjadi dan Iran yang mencoba untuk bersabar akhirnya tidak kuat juga. Teheran akhirnya juga memutuskan untuk tidak lagi mematuhi beberapa kesepakatan yang ada di dalamnya.
Apa sebenarnya kesepakatan nuklir Iran serta apa isinya? Mari kita lihat:
Kesepakatan nuklir, juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), adalah perjanjian internasional menukar antara ambisi nuklir Iran dengan pengurangan sanksi internasional.
Pada 14 Juli 2015, enam negara dan Uni Eropa – China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman – sepakat untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan pada Iran, memberikannya akses yang lebih besar ke ekonomi global.
Sebagai imbalannya, Iran setuju untuk mengambil langkah-langkah untuk mengekang kemampuannya membuat bom nuklir. Kapasitas pengayaan, tingkat pengayaan, dan persediaan Iran terbatas untuk jangka waktu tertentu.
Sebelum perjanjian, Iran memiliki sekitar 20.000 sentrifugal; berdasarkan perjanjian, mereka tidak diizinkan untuk memiliki tidak lebih dari 6.104 sentrifugal model lama di dua lokasi yang diinspeksi. Sentrifugal digunakan untuk memperkaya uranium.
Iran mengubah reaktor air-berat Arak sehingga tidak lagi memproduksi atau memproses ulang plutonium tingkat senjata. Sebaliknya, fasilitas itu akan menjadi tuan rumah penelitian nuklir medis dan industri yang damai.
Iran setuju untuk menghentikan pengayaan uranium di situs Fordow dan mengubahnya menjadi pusat penelitian isotop. Iran juga setuju untuk mengizinkan inspeksi fasilitas nuklir utama oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memastikan kepatuhan.
Sebelum perjanjian, Iran diyakini oleh beberapa ahli hanya dua atau tiga bulan lagi dari kemampuan membuat bom nuklir. Tapi setelah kesepakatan itu, perlu waktu satu tahun untuk membuat senjata.
Masih ada kontroversi di sekitar bagian dari perjanjian. Pembatasan sentrifugal Iran akan dicabut setelah tahun kedelapan, dan 15 tahun ke depan, pembatasan pengayaan uranium dan ukuran persediaan akan berakhir. Beberapa kritikus meyakini kemungkinan bagi Iran untuk kembali ke jalur nuklir sekitar pertengahan 2020-an.
Iran juga menegosiasikan pencabutan embargo pada impor dan ekspor senjata konvensional dan rudal balistik, yang juga memicu kecaman.
Baca juga: