Para petinggi pasukan pertahanan Australia dalam sebuah laporan diperingatkan bahwa armada pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter yang bernilai miliaran dolar baru berisiko mengalami korosi dan mungkin memerlukan akses ke sistem dehumidification secara konstan agar tetap operasional.
Australian Broadcasting Corporation sebagaimana dikutip Xinhua, pada Selasa 8 Mei 2019 menerbitkan rincian laporan yang dilakukan oleh perusahaan audit dan konsultasi KPMG, kombinasi kondisi garam dan iklim di Pangkalan Udara Williamtown Newcastle dapat menyebabkan reaksi kimia dengan paduan aluminium yang digunakan dalam pembangunan F-35A Lightning II.
“Meski hingga 54 dari armada 72 pesawat dapat ditempatkan di Williamtown pada suatu waktu, semua pesawat akan dirotasi melalui Williamtown dan karenanya rentan terhadap korosi intergranular,” kata laporan itu.
“Ini dapat menurunkan sifat material yang menyebabkan retak dan menyebabkan tegangan tarik yang dapat mempengaruhi komponen yang berdekatan.”
Untuk melindungi armada seharga 17 miliar dolar Australia atau sekitar Rp 170 triliun yang mulai datang tahun lalu, KPMG mendesak pasukan pertahanan untuk mempertimbangkan “penggunaan penuh waktu unit dehumidifikasi seluler, bersama dengan sistem yang lain. ”
Baca juga:
Siluman di Sisi Selatan Indonesia, F-35 Australia Mulai Beroperasi