Angkatan Udara Amerika akhirnya menerbangkan F-35A mereka dalam pertempuran dengan menggunakan dua pesawat untuk menyerang jaringan terowongan ISIS dan gudang senjata di Irak pada 30 April 2019.
Serangan udara ini menjadi yang pertama bagi F-35A Amerika melakukan misi tempur sesungguhnya. Sebelumnya F-35B Marinir Amerika telah digunakan dalam pertempuran pada September 2019. Sementara untuk varian F-35A milik Israel yang memegang rekor serangan pertama yang dilakukan pada Mei 2018 di Suriah.
Kedatangan F-35 datang sedikit lebih dari sebulan setelah pembom B-1B Lancer menyelesaikan penyebaran mereka di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar
Menurut Komando Pusat Pasukan Udara Amerika, serangan udara itu terjadi di Wadi Ashai, di timur laut Irak. Sebuah rilis berita 24 April dari Komando Pusat Amerika menyatakan bahwa pejuang ISIS telah berusaha untuk memindahkan amunisi, peralatan dan personel ke Wadi Ashai untuk mencoba bangkit lagi. Kondisi ini ditanggapi dengan serangan oleh Pasukan Keamanan Irak dan didukung koalisi yang tergabung dalam Operasi Resolve Inherent.
“F-35As melakukan serangan udara menggunakan Joint Direct Attack Munition untuk menyerang jaringan terowongan ISIS dan gudang senjata jauh di dalam Pegunungan Hamrin, sebuah lokasi yang dapat mengancam pasukan negara sahabat,” kata rilis Africa Command (AFCENT) Amerika. Tidak disebutkan sejauh mana hasil dari serangan tersebut.
Serangan Angkatan Udara menggunakan F-35A telah banyak disiapkan selama berminggu-minggu, setelah mereka mengerahkan jet tempur ke Pangkalan Udara Al Dhafra di Uni Emirat Arab pada 15 April. USAF tidak menyebutkan berapa banyak F-35 yang sekarang beroperasi di Timur Tengah, tetapi semua jet berasal dari Fighter Wing ke-388 dan Fighter Wing 419 di Hill Air Force Base di Utah.
Operator-operator F-35 yang dikerahkan ke Al Dhafra memuji kegunaan suite sensor dan komputer canggih di lingkungan tempur.
“Kami memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, memadukan, dan menyampaikan begitu banyak informasi, sehingga kami membuat setiap pesawat yang bersahabat lebih selamat dan mematikan,” kata Letnan Kolonel Yosef Morris, komandan Squadron Tempur 4 dan pilot F-35A sebagaimana dilaporkan Defense News.