Kapal induk India INS Vikramaditya terbakar saat berada di dekat pelabuhan Karwar di Karnataka Jumat 26 April 2019. Meski segera bisa dipadamkan satu perwira angkatan laut meninggal dunia dalam insiden tersebut. Lebih dari itu, kebakaran ini menambah kisah pedih India memiliki kapal induk tersebut.
Memiliki hubungan yang tidak baik dengan tetangganya yakni China dan Pakistan, membuat India menginginkan senjata terbaik dengan kemampuan tinggi. Tetapi pada masa lalu karena masalah ideologi dan keuangan, India tidak bisa leluasa mendapatkan alat tempur dari Amerika dan Eropa.
Tak ada pilihan terbaik lagi kecuali lari ke Rusia. Hingga akhirnya dalam 50 terakhir Negara ini menjadi pembeli senjata terbesar dari Rusia. Tetapi harus diakui India kerap kecewa ketika berurusan dengan Rusia. Kontrak pertahanan antara India dan Rusia secara konsisten selalu diwarnai dengan molornya waktu dan membengkaknya biaya.
Belum lagi tidak maksimalnya senjata yang dibeli. Terakhir, pengembangan pesawat siluman generasi kelima yang juga membuat India ketar-ketir.
Tetapi tidak ada yang melebihi pahit yang dirasakan India daripada kisah INS Vikramaditya. Pada awal 2000-an, India pergi belanja untuk kapal induk baru. Yang terjadi selanjutnya adalah mimpi buruk industri militer. Bagaimana kisahnya? Kita simak satu per satu.
Pada tahun 1988, Uni Soviet menugaskan kapal induk baru. Dia dan empat kapal dari kelas Kiev mewakili desain Soviet yang unik. Bagian depan ketiga menyerupai cruiser berat, dengan 12 raksasa SS-N-12 rudal anti-kapal, hingga 192 rudal permukaan-ke-udara dan dua senjata dek 100 milimeter. Sisanya dua pertiga dari kapal itu pada dasarnya sebuah kapal induk, dengan dek penerbangan miring dan hanggar.
Baku hanya melayani singkat Uni Soviet sebelum kemudian Negara itu bubar pada 1991. Rusia mewarisi kapal Baku yang kemudian diganti namanya menjadi Admiral Gorshkov menjadi salah satu kapal di Angkatan Laut Rusia. Namun hanya sampai pada 1996. Sebuah ledakan ruang boiler, mungkin karena kurangnya pemeliharaan , Admiral Gorshkov tidak lagi difungsikan dan dibiarkan mangkrak begitu saja nyaris tanpa perawatan.
Pada awal 2000-an, India menghadapi dilema. Angkatan Laut India hanya memiliki kapal induk INS Viraat yang harus pension pada 2007. Padahal India membutuhkan kapal induk untuk menegaskan pengaruh mereka di Samudera Hindia. Kapal induk sebagai sebuah status penting untuk menunjukkan kekuatan sebuah Negara. New Delhi harus mencari pengganti Viraat dengan cepat.
Pilihan India yang terbatas. Negara pemilik kapal induk adalah Amerika Serikat, Prancis dan Italia. Namun ukuran kapal terlalu besar dan terlalu mahal untuk kantong pertahanan India. Pada tahun 2004, India dan Rusia mencapai kesepakatan bahwa India akan menerima Admiral Gorshkov. Kapal akan diberikan gratis tapi India harus membayar $ 974.000.000 dolar Amerika ke Rusia untuk meng-upgrade kapal tersebut. Kapal baru ini nanti yang kemudian diberi nama INS Vikramaditya yang diambil dari nama seorang raja India di masa lalu.
Proyek Ambisius
Upgrade Admiral Gorshkov memang sangat ambisus. Dengan bobot 44,500 ton, Admiral Gorshkov adalah kapal besar. Sudah berumur lebih dari satu dekade serta telah menghabiskan delapan tahun mendekam tanpa perawatan. Apalagi dengan musim dingin yang ekstrem di Rusia jelas akan berdampak buruk pada kondisi kapal.
Rusia akan mengubah kapal tersebut dari pembawa helikopter dengan dek penerbangan parsial menjadi sebuah kapal induk dengan landasan peluncuran dan dek penerbangan lebih dari 900 meter. Kapak ini harus mampu menampung 24 MiG-29K dan hingga 10 helikopter Kamov.
Kapal ini nanti juga akan memiliki radar baru, boiler baru untuk propulsi, kabel penangkal baru untuk menangkap pesawat mendarat dan elevator dek baru. 2.700 kamar dan kompartemen-tersebar lebih dari 22 deck-akan diperbaharui dan kabel baru akan diletakkan di seluruh kapal. Kuno. Dengan berbagai upgrade maka harga di bawah 1 miliar dollar benar-benar sebuah mimpi indah bagi India.
Pada tahun 2007, hanya setahun sebelum batas waktu yang ditentukan, galangan kapal Sevmash Rusia tidak bisa memenuhi tenggat waktu yang ambisius. Lebih buruk lagi, dana yang diminta menjadi lebih dari dua kali lebih banyak yakni total menjadi $ 2,9 milyar untuk total penyelesaian.Biaya percobaan laut juga membengkak dari awalnya $ 27.000.000 menjadi fantastis $ 550.000.000.
Setahun kemudian, dengan proyek masih berantakan, Sevmash baru bisa menyelesaikan 49 persen pekerjaan. Bahkan lebih menyakitkan, seorang eksekutif Sevmash meminta India harus membayar tambahan $ 2 miliar dengan alasan harga pasar kapal jika jadi mencapai $ 3 milyar- $ 4 miliar.Sevmash mengatakan pekerjaan yang harus dilakukan jauh lebih rumit daripada yang pernah dibayangkan. Tidak ada yang mencoba mengubah kapal ke sebuah kapal induk sejak Perang Dunia II.
Sevmash sendiri sebenarnya galangan kapal selam dan tidak pernah sekalipun berurusan dengan kapal induk. Kapal yang dibeli India ini dulunya dibuat di Nikolayev Shipyards, yang setelah pecahnya Uni Soviet menjadi bagian dari Ukraina. Perkakas dan peralatan khusus yang digunakan untuk membangun Admiral Gorshkov jaraknya ribuan mil dan berada di negara lain.
Seperti banyak kontraktor pertahanan, Sevmash juga dibela negaranya. India tidak mampu untuk meninggalkan kesepakatan. Sehingga harus membayar. Rusia tahu itu bahwa India tidak punya pilihan . “Jika India tidak membayar, kami juga tidak akan mengerjakan kapal induk itu,” kata seorang pejabat kementerian pertahanan kala itu.