Lebanon menyatakan tidak akan segan-segan menyerang Israel jika konflik militer meletus di antara dua negara tersebut. Ini adalah ancaman yang jarang dikeluarkan oleh Lebanon.
Menteri Pertahanan Libanon Elias Bou Saab telah memperingatkan bahwa Angkatan Udara Libanon akan menyerang bandara Ben Gurion Israel jika terjadi konflik militer antara kedua negara.
Berbicara selama kunjungannya ke bagian selatan negara itu Kamis 25 April 2019, menteri berjanji Beirut akan bereaksi secara simetris terhadap tindakan militer Tel Aviv.
“Jika Israel membombardir bandara kami, kami akan membombardir bandaranya; jika ia menyerang fasilitas minyak kami, kami akan menyerang fasilitas minyaknya,” katanya seperti dilaporkan situs berita Hezbollah al-Manar dan dikutip Jerusalem Post.
Pada hari Rabu, menteri Pertahanan bertemu dengan Panglima Angkatan Darat Jenderal Joseph Aoun dan perwira militer berpangkat tinggi lainnya, yang memberikan pengarahan kepadanya tentang situasi di wilayah tersebut.
Kemudian pada hari itu, menteri dan kepala militer mengunjungi markas besar misi penjaga perdamaian PBB di Naqoura, di mana mereka bertemu dengan Komandan Umum Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL) Mayor Jenderal Stefano Del Col.
Sebelumnya, Bou Saab selalu mengesampingkan perang apa pun antara Libanon dan Israel, menambahkan bahwa militer Libanon cukup menjadi pencegah untuk mencegah konflik bersenjata dengan Tel Aviv.
Hubungan bilateral antara Beirut dan Tel Aviv rumit. Pada 2006, Israel melancarkan invasi darat di Libanon selatan melawan gerakan Hizbullah Libanon. Meskipun demikian, Tel Aviv tidak pernah menyatakan perang terhadap Beirut, dan Angkatan Bersenjata Lebanon tidak terlibat dalam konflik, yang berakhir dengan perjanjian gencatan senjata yang dimediasi oleh PBB.
Selama perang 2006, Israel menargetkan Hezbollah dan infrastruktur sipil di Lebanon, termasuk Bandara Internasional Rafic Hariri Beirut, jalan raya Lebanon dan Stasiun Tenaga Jiyeh, yang mengakibatkan puluhan ribu ton minyak bocor ke laut Mediterania.
Kedua negara saat ini memiliki sengketa perbatasan laut, dipicu oleh cadangan minyak dan gas di Cekungan Levant. Pada hari Selasa, Ketua Parlemen Libanon Nabih Berri mengatakan bahwa Beirut siap untuk membatasi perbatasan maritimnya dengan Israel di bawah pengawasan PBB.