Seperti dilaporkan sebelumnya Amerika mengirimkan dua kelompok tempur kapal induk mereka ke Mediterania. Yang menarik, pengiriman dua kapal induk ke wilayah ini menjadi yang pertama sejak 2016 dan disebut sebagai sinyal untuk Rusia.
Duta Besar Amerika untuk Rusia Jon Huntsman mengkarakteristikkan pengiriman kapal induk Amerika di Laut Mediterania sebagai sinyal ke Rusia.
“Setiap kapal induk yang beroperasi di Mediterania pada saat ini menggambarkan diplomasi 100.000 ton ,” kata Huntsman setelah mengamati kelompok tempur USS Abraham Lincoln dan USS John C. Stennis memulai operasi pelatihan tempur bersama di Mediterania Selasa 23 April 2019.
“Komunikasi dan dialog diplomatik ditambah dengan pertahanan kuat kapal-kapal ini menunjukkan kepada Rusia bahwa jika benar-benar mencari hubungan yang lebih baik dengan Amerika Serikat, ia harus menghentikan kegiatannya yang tidak stabil di seluruh dunia,” tambah Huntsman sebagaimana dikutip Sputnik Rabu 24 April 2019.
Kedua kelompok tempur kapal induk itu memulai operasi bersama di Mediterania pada Selasa, dengan setiap kelompok tempur yang terdiri dari total 10 kapal, 130 pesawat, dan lebih dari 9.000 pelaut dan marinir.
Ini adalah penyebaran pertama dua kelompok kelompok tempur ke Mediterania sejak 2016. Amerika dan sekutu-sekutunya secara signifikan meningkatkan kehadiran mereka di Laut Mediterania dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya Prancis juga mengerahkan kelompok tempur kapal induk Charles de Gaulle untuk melanjutkan operasi anti-ISIS pada bulan Maret. Sementara Inggris berencana untuk membawa kapal induk HMS Ratu Elizabeth lengkap dengan F-35B ke wilayah tersebut akhir tahun ini.
Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan rencana untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah akhir tahun lalu. Namun rencana it uterus mundur. Bulan lalu, Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa sekitar 400 tentara akan tetap di negara itu untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Amerika telah berulang kali menggunakan kelompok tempur kapal induk di Mediterania untuk melakukan serangan terhadap ISIS sejak memulai intervensi mereka di Irak dan Suriah pada tahun 2014.
Baca juga: