Pembelian F-35 Turki memang dalam bahaya karena pesanan sistem pertahanan udara Rusia, tetapi eksekutif Lockheed Martin mengaku tidak terganggu karena perselisihan tersebut.
Sebaliknya, mereka mengisyaratkan bahwa permintaan militer Amerika yang tidak konsisten – khususnya Angkatan Udara Amerika atau USAF – adalah masalah jangka panjang yang lebih besar.
Turki telah mengabaikan permintaan dari NATO untuk membatalkan pembelian sistem rudal S-400, dan pemerintahan Trump dapat segera menghadapi keputusan apakah akan mengeluarkan Turki dari program jet tempur bersama tersebut
Selama jumpa pers 23 April 2019, seorang analis Wall Street bertanya bagaimana Lockheed menghadapi pergeseran dalam tingkat produksi F-35 yang disebabkan oleh fluktuasi permintaan Amerika dan ketidakpastian pesanan Turki, Kanada dan Italia.
Kepala Eksekutif Lockheed Marillyn Hewson tidak menyebut nama Turki, tetapi menjawab bahwa keputusan tentang partisipasi Turki dalam program tetap dengan pemerintah Amerika
“Turki adalah sekutu penting kita, paling tidak hari ini,” katanya, tetapi negara itu berencana hanya membeli delapan pesawat per lot selama pembelian blok yang akan datang, yang mencakup 12 hingga 14 pesawat.
Sementara Chief Financial Officer Lockheed Ken Possenriede mencatat kontrak asing relatif kecil. Lockheed berharap bahwa Italia akan mempertahankan minatnya dalam program tersebut, tetapi Possenriede mencatat pembeliannya adalah “bukan jumlah material pesawat.” Sementara itu, Kanada masih belum terikat kontrak untuk F-35, tetapi berencana untuk memulai kompetisi jet tempur baru secepat bulan depan.
“Saya pikir bagian yang membuat frustrasi bagi kami adalah Angkatan Udara Amerika Serikat dan kami akan terus bekerja dengan pelanggan kami dan dengan perwakilan di pemerintahan tentang jalan yang benar ke depan,” kata Possenriede sebagaimana dikutip Defense News Rabu 24 April 2019.
Dalam anggaran tahun anggaran 2020, Departemen Pertahanan Amerika berencana untuk membeli 78 pesawat tempur F-35 untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Korps Marinir. Namun, Angkatan Udara, pelanggan terbesar F-35, hanya meminta 48 F-35A pada anggaran 2020 dan berniat hanya membeli 48 F-35A setiap tahun selama lima tahun ke depan – jauh dari harapan yakni 60 jet.
Sementara itu, Turki berencana untuk membeli 100 F-35A sampai keseluruhan program. Perusahaan-perusahaan Turki juga merupakan bagian dari basis industri dan memainkan peran dalam perawatan sebuah komplikasi yang tidak dikomentari Possenriede.
Possenriede menambahkan pada tahun anggaran 2020 Lockheed akan dapat menawarkan model F-35A dengan harga US$ 80 juta atau sekitar Rp1,2 triliun bahkan bisa kurang. Perusahaan ini juga berupaya menurunkan biaya operasional hingga US$ 25.000 atau Rp352 juta per jam penerbangan pada tahun 2025, yang setara dengan biaya terbang pesawat tempur generasi keempat.
Namun, masih harus dilihat apakah itu akan cukup untuk menarik Angkatan Udara Amerika untuk meningkatkan jumlah pembeliannya, terutama karena mereka juga berencana untuk memulai pengadaan F-15X dari Boeing di tahun 2020.