Sebuah laporan baru, mengutip dokumen pemerintah Rusia yang bocor, menyebutkan sebuah MiG-31 Foxhound yang jatuh di Siberia hampir dua tahun lalu sebenarnya adalah akibat dari insiden tembakan tidak sengaja dari pesawat lain ketika melakukan pelatihan.
Baza, outlet berita investigasi online independen Rusia yang relatif baru, mengungkapkan informasi baru tersebut pada 23 April 2019. Insiden tersebut telah terjadi pada 26 April 2017, di atas wilayah pembuktian Telemba di Buryatia, sebuah republik semi-otonom di dalam Rusia yang berbatasan dengan Mongolia.
Pada saat itu, Kremlin mengatakan bahwa pesawat itu sedang latihan, tetapi tidak memberikan rincian tambahan tentang kecelakaan itu. Kedua kru Foxhound selamat dari insiden itu.
Hingga kini sama sekali tidak ada informasi tambahan tentang kecelakaan itu sampai muncul laporan dari Baza. Pemerintah Rusia secara umum menyalahkan kecelakaan pada kesalahan pilot atau menggrounded seluruh armada pesawat jika kecelakaan memperlihatkan potensi masalah sistemik dengan pesawat yang dimaksud.
Laporan dari Rosaviaprom, yang mengawasi perusahaan penerbangan dan antariksa milik negara Rusia, yang diperoleh Baza memang menyalahkan kesalahan pilot dari dua pesawat dalam kecelakaan itu.
Para penyelidik menyimpulkan bahwa awak pesawat yang tertembak jatuh tidak mengikuti prosedur dengan benar, sehingga memungkinkan mereka untuk tersesat ke jalur tembak potensial selama latihan penembakan.
Laporan itu juga menyalahkan kru Foxhound lain karena menyalakan fungsi kontrol tembakan Zaslon-AM untuk menembakkan rudal R-33 mereka pada waktu dan tepat pada wingman mereka. Mereka lebih lanjut menyalahkan pilot karena menembakkan senjata ketika mereka tahu bahwa mereka tidak menggunakan drone target.
R-33 adalah rudal udara ke udara jarak jauh yang dapat dianggap sebagai analog AIM-54 Phoenix Amerika. Rudal ini menggunakan panduan Sistem Navigasi Inersia untuk sampai ke area target setelah mendapatkan petunjuk arah yang benar oleh pesawat peluncur.
Sistem pelacak radar semi-aktif membantu memperoleh target awal dan kemudian memberikan informasi posisi terkini selama profil penerbangan rudal.
Kasus penembakan bukan sekali saja terjadi. Pada bulan Agustus 2018, pilot dari Eurofighter Typhoon Spanyol secara tidak sengaja menembakkan AIM-120 Advanced Medium-Range-Missile Air-to-Air Range (AMRAAM) selama penerbangan pelatihan di Estonia. Untungnya tidak ada yang terluka dalam insiden itu. Investigasi berikutnya juga menyalahkan kesalahan pilot.
Rekaman video juga muncul pada tahun 2017 yang menunjukkan helikopter Ka-52 Rusia secara tidak sengaja menembakkan roket kepada pengamat selama latihan.
Tetapi Baza mengungkap detail tambahan yang signifikan dalam ulasannya tentang laporan Rosaviaprom. Radar Zaslon-AM MiG-31 dan komputer kontrol tembakan Baget-55, yang keduanya disebut sebagai S-800, tidak berfungsi dengan baik pada saat itu.
Sistem kontrol persenjataan S-800 seharusnya secara otomatis memperingatkan awak jika mereka secara tidak sengaja menargetkan pesawat dengan sinyal teman atau lawan atau Identification Friend or Foe (IFF). Dalam kasus ini sistem IFF MiG-31 tidak berfungsi baik hingga pesawat teman dianggap sebagai lawan.
Tidak hanya itu, para penyelidik mendapati bahwa personel dalam unit yang dimaksud mengetahui operasi abnormal S-800 dan itu tidak jarang terjadi. Laporan itu juga menyalahkan kru darat, yang tidak dapat menentukan sumber masalah, karena gagal memantau dan melaporkan masalah tersebut. Tetapi penyelidikan itu sendiri tidak mengatakan kapan masalah mungkin pertama kali mulai muncul.
Baza, mengutip sumber anonim, menunjukkan bahwa bagian dari masalah mungkin ketidakmampuan prosesor komputer di Baget-55 untuk menangani semua informasi dari radar Zaslon-AM. Unit ini adalah radar passive electronically scanned array (PESA) yang sebenarnya terdiri dari dua array X-dan L-band yang bekerja bersama-sama.
Zaslon asli, yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada akhir 1970-an khusus untuk MiG-31 dan menjadi PESA pertama yang dipasang di jet tempur dan juga radar Soviet yang pertama kali melihat ke bawah. Komputer kontrol tembakan awal yang disebut sebagai Argon-15A yang terkait dengan radar juga merupakan komputer digital pertama untuk pesawat terbang yang pernah dikembangkan oleh Research Institute of Computer Engineering.
MiG-31 adalah satu-satunya pesawat yang pernah membawa Zaslon, serta varian yang ditingkatkan. Versi peningkatan pertama, Zaslon-M. Bersama dengan versi yang lebih baik dari komputer Argon, radar dilaporkan dapat melacak hingga 24 target yang berbeda dan melibatkan hingga empat lawan secara bersamaan. Zaslon-AM semakin meningkatkan hal ini dengan Baget-55 yang lebih kuat sebagai pengganti Argon.
Ada laporan bahwa bahkan Baget-55 yang ditingkatkan mungkin tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mendukung radar besar pesawat. Satu sumber mengatakan kepada Baza bahwa pilot telah menggunakan mode operasi “eksperimental” yang melibatkan berulang kali menyalakan dan mematikan radar untuk mengurangi beban kerja pada komputer pengendalian tembakan.
Baget-55 juga dapat membatasi fungsionalitas sistem pencarian dan lacak inframerah (IRST) MiG-31, yang mana pesawat memiliki cara alternatif untuk menemukan dan mengidentifikasi target. Sumber-sumber Baza mengatakan bahwa IRST, tidak 100 persen kompatibel dengan Baget-55 baru dan, sebagai hasilnya, tidak lagi memiliki fungsi otomatis.
Ini semua menimbulkan pertanyaan serius tentang kemampuan umum pencegat jarak jauh utama Rusia, yang memainkan peran yang sangat penting dalam mempertahankan petak besar wilayah udara negara itu. Kecepatan tinggi dan jangkauannya yang panjang menjadikannya ideal untuk berlari menghadapi potensi ancaman di seluruh Rusia, termasuk daerah yang paling terpencil, seperti kawasan Arktik yang semakin strategis.