Jika Amerika benar-benar menendang Turki dari kelompok multinasional yang membangun F-35 Lightning II, pejabat pertahanan negara tersebut mengatakan mereka kemungkinan akan mengejar teknologi jet tempur Rusia.
“Kami tidak bisa membiarkan F-35 tidak diganti,” kata seorang perwira militer senior kepada Defense News Sabtu 19 April 2019. Dia menolak untuk mengomentari opsi penggantian, karena ini akan membutuhkan “pertimbangan teknologi, ekonomi dan politik.”
Tetapi seorang pejabat pengadaan pertahanan mengatakan penilaian geostrategis memunculkan Rusia sebagai opsi pertama untuk pengganti. “Teknologi tempur Rusia akan menjadi pilihan terbaik pertama jika sekutu Amerika berperilaku tidak bershabat dan mempertanyakan keanggotaan Turki dalam program Joint Strike Fighter,” katanya.
Washington telah mengancam akan mengeluarkan Ankara dari program multinasional F-35 jika Turki tetap membeli sistem rudal darat-ke-udara S-400 buatan Rusia.
“Jika Turki menerima S-400 tidak ada F-35 yang akan mencapai tanah Turki. Dan partisipasi Turki dalam program F-35, termasuk bagian-bagian manufaktur, memperbaiki dan melayani jet tempur, akan dihentikan, membawa perusahaan-perusahaan Turki keluar dari rantai produksi dan pasokan untuk program ini, ”tulis sekelompok anggota parlemen gabungan dari Komite Armed Services dan Komite Hubungan Luar Negeri.
Awal bulan ini, Pentagon mengumumkan pembekuan pengiriman dan kegiatan dengan Turki sehubungan dengan program F-35. Turki menegaskan pengiriman S-400 pertama akan tiba pada bulan Juli dan akan mulai beroperasi pada bulan September.
Sumber kepresidenan Turki mengatakan bahwa potensi kerja sama Turki-Rusia dalam teknologi tempur telah dibahas pada tahap awal antara pejabat pertahanan masing-masing selama kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Moskow pada 8 April.
“Ada F-35, tetapi ada juga pesawat yang diproduksi di Rusia. Jika kami tidak dapat membeli F-35, Turki akan membeli pesawat serupa dari negara lain. Dan ini akan berlanjut sampai kita mulai memproduksi jet tempur generasi kelima kita sendiri, ” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Çavusoglu kepada penyiar NTV 10 April 2019.